15 Feb 2010

Fungsi Akal untuk Memahami Agama

Allah memuliakan anak Adam atas mahluk yang lain dengan akal. Kalau bukan karena akal, manusia tidak berbeda dengan binatang. Allah menganugrahi akal khusus untuk manusia bukan tanpa tujuan dan hikmah, tetapi Dia memberi nikmat akal untuk mempersiapkan manusia

14 Feb 2010

Jika Waktunya Khilafah Bukan Sekarang, lalu Kapan?!

بسم الله الرحمن الرحيم



Makin berat penderitaan dan musibah kaum muslim di Pakistan, akibat aksi-aksi pemboman, pembunuhan, hilangnya rasa aman dan menyebar luasnya aksi-aksi itu, mulai dari kawasan persukuan hingga ke propinsi Punjab dan Sind. Pada 28 Desember 2009, di Karachi ibu kota propinsi Sind dan ibukota Pakistan secara ekonomi, terjadi serangan bom terhadap perayaan sepuluh Muharram. Serangan itu mengakibatkan korban tewas lebih dari empat puluh orang muslim dan ratusan korban luka. Begitulah, geng yang terorganisir dan terlatih melakukan penyerangan berjam-jam tanpa diganggu oleh aparat keamanan. Mereka sangat terlatih dan bisa menghancurkan gembok di sebuah toko yang tertutup hanya dengan sekali pukulan. Mereka menyebabkan kebakaran dengan bahan bakar berbahan dasar fosfor yang hanya bisa dipersiapkan secara canggih dan kehati-hatian serta ketelitian sangat tinggi dan apinya menyebar luas serta sisa kebakaran masih membara selama dua hari. Serangan itu menyebabkan kerusakan properti yang nilainya mencapai 40 juta Rupee. Serangan bom itu menyebakan kota yang menjadi tempat tinggal lebih dari 20 juta penduduk mengalami kelumpuhan. Ini hanya satu dari serangkaian serangan dan pembunuhan yang terjadi di Pakistan selama beberapa bulan terakhir yang menyebabkan banyak korban tewas dan kerusakan harta benda masyarakat.

Persatuan Dunia Islam

Oleh: Amar Khan
Ketika seseorang berpikir tentang dunia Islam, dalam pikirannya akan tergambar bayangan tentang kemiskinan, korupsi dan peperangan. Banyak konotasi negatif tentang keadaan Dunia Islam yang terus menempati ruang-ruang berita dan surat kabar. Media global cenderung mengabaikan prestasi Dunia Islam dan kontribusi yang dibuatnya untuk kemanusiaan. Dunia Islam memiliki sejarah yang kaya atas pembangunan dan penemuan-penemuan, dimana hasilnya kita rasakan hari ini.

Selama dekade terakhir, seruan bagi persatuan dunia Islam yakni Khilafah telah memperoleh momentum dan momentum ini terus tumbuh. Kemungkinan akan adanya persatuan dunia Islam yang diperintah oleh seorang penguasa (Khalifah) adalah sesuatu hal yang dapat dicapai umat Islam karena hal ini sudah dicapai di masa lalu dan bahkan para sejarawan barat memberi kesaksian atas fakta ini. Negeri-negeri Muslim saat ini memiliki:
Jumlah penduduk terbesar di dunia, yakni 1,6 miliar
Jumlah tentara terbesar di dunia
Kontrol atas setengah minyak dunia dan banyak sumber daya alam lainnya
Kontrol selat-selat laut kunci yang strategis (dimana sepertiga minyak dunia melalui Selat Hormuz yang terletak diantara Iran dan UEA) dan wilayah udara
Memiliki daratan terbesar
Memiliki senjata nuklir


LIBERALISASI BUDAYA MENGANCAM BANGSA INI

[Al-Islam 493] Kehebohan dalam rangka "Hari Kasih Sayang" (Valentine’s Day) begitu terasa selama sepekan ini. Kehebohan itu sekarang bukan hanya melanda ABG, tetapi juga melanda orang-orang dewasa. Kehebohan itu menghiasai halaman-halaman media massa dari media cetak hingga televisi. Mall dan pusat perbelanjaan sampai toko-toko kecil pun turut larut dalam kehebohan itu.

Kehebohan ini dibungkus dengan sebutan yang indah, "Hari Kasih Sayang", yang mendorong semua orang untuk mengungkapkan cinta dan sayangnya kepada orang-orang dekat mereka khususnya pasangan. Namun sejatinya, kehebohan ini sarat dengan kampanye seks bebas dan desakralisasi keperawanan (keperawanan tak lagi dianggap ’suci’). Kehebohan "Hari Kasih Sayang" ini seiring-sejalan dengan pornoaksi. Hal ini bisa dilihat dari laris manisnya penginapan dan tempat-tempat pelesiran selama Valentinan

KUNCI KEBANGKITAN

[Al-Islam 486] “Persatuan Umat, Kunci Kebangkitan Islam.” Itulah judul sekaligus ringkasan rekomendasi penting dari perhelatan Konferensi Persaudaraan Muslim Dunia yang diselenggarakan PBNU, 19-20 Desember 2009 di Jakarta (Republika, 21/12/09).

Pada kesempatan yang sama, Menkopolkam Djoko Suyanto menyatakan, “Keterbelahan umat Islam didasari oleh rendahnya pendidikan dan tingkat ekonomi mereka. Kondisi itu semakin diperparah dengan munculnya berbagai pertentangan internal umat, totalitarianisme di sejumlah negara dan standar ganda yang ditetapkan negara-negara Barat…” (Kompas, 20/12/09).

Karena itu, mengakhiri tahun 2009 ini, sekaligus mengawali tahun baru 1431 Hijrah, tentu penting bagi umat Islam untuk mengevaluasi (muhâsabah) diri terkait dengan berbagai fakta keterbelahan dan keterbelakangan umat sekaligus memahami akar penyebabnya. Lebih dari itu, umat tentu harus menyadari apa solusi hakiki dari berbagai fakta fâsid (rusak) tersebut.


Cahaya Kesadaran

Harus diakui, persatuan umat yang berlangsung berabad-abad lamanya kini terkoyak. Kaum Muslim yang berjumlah 1,4 miliar lebih seolah tak ada artinya dalam kancah kehidupan dunia. Kaum Muslim dipecah-belah oleh penjajah ke dalam negara-bangsa, lebih dari 50 negara. Mereka kemudian dijadikan bahan bulan-bulanan penjajah.

Kenyataan ini persis seperti yang digambarkan Baginda Rasulullah saw. dalam sabdanya, “Hampir saja bangsa-bangsa lain menyerang kalian dari berbagai penjuru, bagaikan rayap-rayap menyerang tempat makan mereka.” Para Sahabat bertanya, “Apakah hal itu karena kita pada waktu itu jumlahnya sedikit?” Rasulullah menjawab, “Tidak. Bahkan kalian pada waktu itu banyak. Namun, kalian saat itu bagaikan buih air bah. Sesungguhnya Allah mencabut kewibawaan kalian dan pada waktu yang sama Allah menanamkan wahn dalam hati kalian.” Para Sahabat bertanya, “Apakah wahn itu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Dawud).

Kondisi keterpecahan itu semakin diperparah dengan hadirnya para penguasa pengkhianat yang menjadi penyambung lidah para penjajah. Bak anjing pudel, para penguasa ini mengabdi kepada tuannya, penjajah Barat, meski harus dengan mengorbankan rakyatnya sendiri.

Konflik-konflik antar anak umat muncul di berbagai negeri tak pernah berhenti. Contoh: kasus perseteruan Sunni dan Syiah di kawasan yang bergolak saat ini, Irak, mencuat setelah serangan Amerika ke negeri 1001 malam tersebut tahun 2003. Sunni dan Syiah tak hanya beradu mulut, tetapi saling menumpahkan darah. Padahal mereka tak pernah bertikai sebelum serangan Amerika itu. Ini jelas tidak lepas dari skenario jahat Barat/AS untuk terus memecah-belah umat Islam.

Di Palestina dua kubu saling beradu. Hamas dan Fatah yang lahir dari kondisi keterjajahan ternyata tak rukun ketika menghadapi penjajah. Fatah justru dekat dengan Israel dan dengan berani mengakui Israel sebagai sebuah negara. Atas arahan Barat, para pemimpin negeri-negeri Islam membebek menyerahkan nasib Palestina di bawah agresor Zionis Israel. Para penguasa pengkhianat umat tersebut malah membuatkan benteng dan penjara besar bagi umat Islam di Palestina, yang menjadikan mereka setiap harinya hidup dengan ‘menu’ derita nestapa di atas tumpukan mayat, darah dan linangan air mata.

Umat juga menyaksikan bagaimana Afganistan dibuat porak-poranda oleh agresor Amerika atas dukungan para penguasa bonekanya yang bercokol di sana. Para penguasa pengkhianat itu bahkan rela menumpahkan darah kaum Muslim yang notabene adalah saudara seiman mereka.

Ketertindasan umat Islam yang minoritas juga menjadi pemandangan yang tidak pernah berakhir. Kaum Muslim di Cina, India, Moro, Rohingya, Kirghistan, dll, termasuk di sejumlah negeri Barat sendiri, saat ini terus-menerus diintimidasi di luar batas kemanusiaan.

Di Indonesia kaum Muslim juga tak kalah memprihatinkan. Partai-partai politik yang berafiliasi ke pemilih Muslim saling bersaing. Alih-alih memperjuangkan tegaknya kehidupan islami dengan berusaha menerapkan syariah Islam, para aktivis partai-partai Islam hanya duduk di kursi parlemen untuk kepentingannya sendiri, paling banter untuk kepentingan partainya. Suara-suara perjuangan Islam nyaris tak terdengar, kecuali kalau terkait dengan kepentingan mereka.

Dalam kondisi seperti itu, serangan Barat terus menusuk ke jantung pertahanan kaum Muslim. Barat melemparkan berbagai jargon dan labelisasi yang menjadikan umat makin terbelah. Barat menyebut moderat kalangan Islam yang mau dekat dengannya. Sebaliknya, mereka melabeli siapapun dari kalangan Muslim yang dengan gigih memperjuangkan tegaknya Islam dengan label fundamentalis, teroris dan radikal. Perpecahan pun tak terelakkan, kendati masih terkendali.

Namun demikian, lambat-laun keadaan sekarang berbalik. Rekomendasi yang dibacakan dalam kegiatan di atas sedikitnya mengisyaratkan bahwa cahaya kesadaran mulai tumbuh dan menyentuh semua level umat Islam, dari kalangan cendekiawan hingga orang awam. Perasaan senasib sepenanggungan memancar dari benak umat. Derita dan nestapa di berbagai penjuru Dunia Islam menjadi pemicu cita-cita bersama: mewujudkan persatuan umat Islam sedunia!

Persatuan Umat: Butuh Khilafah

Persatuan umat Islam sedunia secara spiritual dan politik adalah keniscayaan yang tidak bisa terbantahkan. Pentingnya persatuan umat sedunia ini dilandasi oleh: (1) aspek normatif (syariah), yakni perintah dalam al-Quran dan as-Sunnah mengenai kewajiban umat untuk bersatu; (2) aspek historis (sejarah), yakni umat Islam selama berabad-abad bersatu dalam sejarah emas Kekhilafahan Islam; (3) fakta empirik saat ini, yakni umat memang butuh untuk membangun persatuan dalam menghadapi berbagai tantangan global ke depan.

Aspek pertama: secara normatif umat Islam tidak hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan yang satu (Allah SWT), menghadap ke kiblat yang satu (Ka’bah), berpedoman pada kitab yang satu (al-Quran) serta meneladani Rasul saw. yang sama (Rasulullah saw. Muhammad saw.). Mereka juga diperintahkan hidup bermasyarakat di bawah kepemimpinan yang satu. Itulah Khilafah Islamiyah yang dipimpin seorang khalifah. Persatuan umat di bawah Khilafah inilah yang merupakan persatuan dan kesatuan yang sesungguhnya. Di bawah seorang khalifah, kepemimpinan Islam sedunia ini akan mempersatukan seluruh negeri-negeri Islam; mengatur dan mengurus mereka dengan syariah Islam; menghimpun potensi dan kekuatan umat Islam di seluruh dunia untuk mengukir kembali kejayaan Islam serta mengembalikan tanah-tanah dan berbagai sumberdaya alam kaum Muslim yang telah dirampas dan direbut secara paksa oleh rezim penjajah. Di bawah Khilafah pula umat ini bisa mengibarkan bendera jihad dan panji dakwah Islam ke seluruh dunia hingga dunia merasakan kebahagiaan hidup dalam naungan Islam.

Sebaliknya, Islam telah melarang perpecahan umat Islam yang akan berakibat pada kegagalan. Allah SWT antara lain berfirman:

وَلاَ تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُم

Janganlah kalian berbantah-bantahan hingga mengakibatkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan (QS al-Anfal [8]: 46).

Rasulullah saw. bahkan bersabda:

»إِذَا بُوْيِعَ لِخَلِيْفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا اْلآخَرَ مِنْهُمَا«

Jika ada dua orang khalifah dibaiat (diangkat) maka bunuhlah yang terakhir dibaiat (‘khalifah tandingan’) (HR Muslim).

Hadis di atas menegasakan keharaman lebih dari satu orang imam/khalifah yang memimpin umat Islam. Dalam hadis itu pun terdapat kewajiban umat Islam untuk memerangi khalifah yang dibaiat terakhir untuk mencegah terjadinya perpecahan yang akan mengakibatkan umat Islam tidak bersatu.

Aspek kedua: umat Islam lebih dari sepuluh abad hidup dalam satu kepemimpinan, yakni Khilafah yang dipimpin seorang khalifah. Khalifah menjadi perisai tempat umat berlindung, bahkan menjadi benteng dari segala hal yang akan menghancurkan seluruh sendi-sendi kehidupan mereka. Khalifah juga menjadi penjaga stabilitas kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik dan pemerintahan.

Aspek ketiga: kenyataan empirik saat ini menunjukkan bahwa sejumlah bangsa dan negara mulai cenderung untuk ‘bersatu’ dalam berbagai aspek (ekonomi, militer dan hukum) untuk menghadapi tantangan globlal ke depan. Uni Eropa adalah salah satu contohnya. Gagasan Uni Eropa muncul sejak tahun 1950-an. Setelah melalui proses perundingan yang tidak pernah berhenti, ide besar itu baru terwujud pada tahun 1992, yakni ketika perjanjian ditandatangani di kota Maastrich, Belanda. Artinya, kesatuan Eropa baru terwujud 40 tahun kemudian. Pada awalnya Uni Eropa hanya diikuti oleh 12 negara. Sekarang tidak kurang dari 23 negara ikut dalam Uni Eropa. Mereka didorong oleh rasionalitas, bahwa konsep negara-bangsa (nation state) makin kehilangan daya untuk menghadapi percaturan global saat ini dan pada masa yang akan datang. Karena itu, Uni Eropa menjadi kebutuhan mereka.

Khilafah: Kunci Kebangkitan Umat Islam

Dibandingkan dengan Uni Eropa yang tidak punya landasan historis, teoretis apalagi teologis, gagasan Khilafah Islam jelas memiliki semua landasan untuk tegak berdiri: teologis (akidah), normatif (syariah) maupun historis (sejarah). Ide Khilafah Ini juga sangat rasional. Jika Khilafah Islam tegak maka ia berpotensi menyatukan 1,4 miliar umat Islam di seluruh dunia; menghimpun sebagian besar kekayaan sumberdaya alam yang umumnya di miliki negeri-negeri Islam; bahkan menggalang kekuatan militer/tentara dalam jumlah amat besar.

Potret masa depan umat Islam yang besar inilah yang tidak dikehendaki oleh Barat. Sebab, mereka sadar, jika Khilafah tegak dan mempersatukan umat Islam sedunia, dominasi dan penjajahan mereka akan segera berakhir. Karena itu, umat Islam harus sadar bahwa keterbelahan umat Islam sejak awal memang menjadi cita-cita kaum penjajah Barat dan mereka akan terus membuat skenario untuk memeliharan keterbelahan umat tersebut. Salah satunya adalah dengan terus-menerus memojokkan ide Khilafah sekaligus memerangi kaum Mulsim yang berjuang untuk menegakkan Khilafah.

Karena itu, umat harus sadar, Khilafah adalah kunci persatuan umat Islam sedunia. Khilafah pula yang bakal menegakkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan, yang tentu bakal menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia.

Walhasil, penting bagi Muslim manapun untuk terus menyuarakan persatuan umat Islam sedunia. Namun, lebih penting lagi umat ini untuk terus menyuarakan, bahwa persatuan umat Islam sedunia tak akan pernah benar-benar bisa terwujud, kecuali dalam satu kepemimpinan Khilafah Islamiyah. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. []

KOMENTAR AL-ISLAM:

Arifin Ilham: Permasalahan besar umat dan bangsa saat ini adalah kerusakan moral (Republika, 22/12/2009).

Kerusakan moral hanyalah salah satu akibat dari kerusakan sistem yang diterapkan di negeri ini, yakni sistem sekular.

KUNCI KEBANGKITAN

[Al-Islam 486] “Persatuan Umat, Kunci Kebangkitan Islam.” Itulah judul sekaligus ringkasan rekomendasi penting dari perhelatan Konferensi Persaudaraan Muslim Dunia yang diselenggarakan PBNU, 19-20 Desember 2009 di Jakarta (Republika, 21/12/09).

Pada kesempatan yang sama, Menkopolkam Djoko Suyanto menyatakan, “Keterbelahan umat Islam didasari oleh rendahnya pendidikan dan tingkat ekonomi mereka. Kondisi itu semakin diperparah dengan munculnya berbagai pertentangan internal umat, totalitarianisme di sejumlah negara dan standar ganda yang ditetapkan negara-negara Barat…” (Kompas, 20/12/09).

Karena itu, mengakhiri tahun 2009 ini, sekaligus mengawali tahun baru 1431 Hijrah, tentu penting bagi umat Islam untuk mengevaluasi (muhâsabah) diri terkait dengan berbagai fakta keterbelahan dan keterbelakangan umat sekaligus memahami akar penyebabnya. Lebih dari itu, umat tentu harus menyadari apa solusi hakiki dari berbagai fakta fâsid (rusak) tersebut.


Cahaya Kesadaran

Harus diakui, persatuan umat yang berlangsung berabad-abad lamanya kini terkoyak. Kaum Muslim yang berjumlah 1,4 miliar lebih seolah tak ada artinya dalam kancah kehidupan dunia. Kaum Muslim dipecah-belah oleh penjajah ke dalam negara-bangsa, lebih dari 50 negara. Mereka kemudian dijadikan bahan bulan-bulanan penjajah.

Kenyataan ini persis seperti yang digambarkan Baginda Rasulullah saw. dalam sabdanya, “Hampir saja bangsa-bangsa lain menyerang kalian dari berbagai penjuru, bagaikan rayap-rayap menyerang tempat makan mereka.” Para Sahabat bertanya, “Apakah hal itu karena kita pada waktu itu jumlahnya sedikit?” Rasulullah menjawab, “Tidak. Bahkan kalian pada waktu itu banyak. Namun, kalian saat itu bagaikan buih air bah. Sesungguhnya Allah mencabut kewibawaan kalian dan pada waktu yang sama Allah menanamkan wahn dalam hati kalian.” Para Sahabat bertanya, “Apakah wahn itu, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Dawud).

Kondisi keterpecahan itu semakin diperparah dengan hadirnya para penguasa pengkhianat yang menjadi penyambung lidah para penjajah. Bak anjing pudel, para penguasa ini mengabdi kepada tuannya, penjajah Barat, meski harus dengan mengorbankan rakyatnya sendiri.

Konflik-konflik antar anak umat muncul di berbagai negeri tak pernah berhenti. Contoh: kasus perseteruan Sunni dan Syiah di kawasan yang bergolak saat ini, Irak, mencuat setelah serangan Amerika ke negeri 1001 malam tersebut tahun 2003. Sunni dan Syiah tak hanya beradu mulut, tetapi saling menumpahkan darah. Padahal mereka tak pernah bertikai sebelum serangan Amerika itu. Ini jelas tidak lepas dari skenario jahat Barat/AS untuk terus memecah-belah umat Islam.

Di Palestina dua kubu saling beradu. Hamas dan Fatah yang lahir dari kondisi keterjajahan ternyata tak rukun ketika menghadapi penjajah. Fatah justru dekat dengan Israel dan dengan berani mengakui Israel sebagai sebuah negara. Atas arahan Barat, para pemimpin negeri-negeri Islam membebek menyerahkan nasib Palestina di bawah agresor Zionis Israel. Para penguasa pengkhianat umat tersebut malah membuatkan benteng dan penjara besar bagi umat Islam di Palestina, yang menjadikan mereka setiap harinya hidup dengan ‘menu’ derita nestapa di atas tumpukan mayat, darah dan linangan air mata.

Umat juga menyaksikan bagaimana Afganistan dibuat porak-poranda oleh agresor Amerika atas dukungan para penguasa bonekanya yang bercokol di sana. Para penguasa pengkhianat itu bahkan rela menumpahkan darah kaum Muslim yang notabene adalah saudara seiman mereka.

Ketertindasan umat Islam yang minoritas juga menjadi pemandangan yang tidak pernah berakhir. Kaum Muslim di Cina, India, Moro, Rohingya, Kirghistan, dll, termasuk di sejumlah negeri Barat sendiri, saat ini terus-menerus diintimidasi di luar batas kemanusiaan.

Di Indonesia kaum Muslim juga tak kalah memprihatinkan. Partai-partai politik yang berafiliasi ke pemilih Muslim saling bersaing. Alih-alih memperjuangkan tegaknya kehidupan islami dengan berusaha menerapkan syariah Islam, para aktivis partai-partai Islam hanya duduk di kursi parlemen untuk kepentingannya sendiri, paling banter untuk kepentingan partainya. Suara-suara perjuangan Islam nyaris tak terdengar, kecuali kalau terkait dengan kepentingan mereka.

Dalam kondisi seperti itu, serangan Barat terus menusuk ke jantung pertahanan kaum Muslim. Barat melemparkan berbagai jargon dan labelisasi yang menjadikan umat makin terbelah. Barat menyebut moderat kalangan Islam yang mau dekat dengannya. Sebaliknya, mereka melabeli siapapun dari kalangan Muslim yang dengan gigih memperjuangkan tegaknya Islam dengan label fundamentalis, teroris dan radikal. Perpecahan pun tak terelakkan, kendati masih terkendali.

Namun demikian, lambat-laun keadaan sekarang berbalik. Rekomendasi yang dibacakan dalam kegiatan di atas sedikitnya mengisyaratkan bahwa cahaya kesadaran mulai tumbuh dan menyentuh semua level umat Islam, dari kalangan cendekiawan hingga orang awam. Perasaan senasib sepenanggungan memancar dari benak umat. Derita dan nestapa di berbagai penjuru Dunia Islam menjadi pemicu cita-cita bersama: mewujudkan persatuan umat Islam sedunia!

Persatuan Umat: Butuh Khilafah

Persatuan umat Islam sedunia secara spiritual dan politik adalah keniscayaan yang tidak bisa terbantahkan. Pentingnya persatuan umat sedunia ini dilandasi oleh: (1) aspek normatif (syariah), yakni perintah dalam al-Quran dan as-Sunnah mengenai kewajiban umat untuk bersatu; (2) aspek historis (sejarah), yakni umat Islam selama berabad-abad bersatu dalam sejarah emas Kekhilafahan Islam; (3) fakta empirik saat ini, yakni umat memang butuh untuk membangun persatuan dalam menghadapi berbagai tantangan global ke depan.

Aspek pertama: secara normatif umat Islam tidak hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan yang satu (Allah SWT), menghadap ke kiblat yang satu (Ka’bah), berpedoman pada kitab yang satu (al-Quran) serta meneladani Rasul saw. yang sama (Rasulullah saw. Muhammad saw.). Mereka juga diperintahkan hidup bermasyarakat di bawah kepemimpinan yang satu. Itulah Khilafah Islamiyah yang dipimpin seorang khalifah. Persatuan umat di bawah Khilafah inilah yang merupakan persatuan dan kesatuan yang sesungguhnya. Di bawah seorang khalifah, kepemimpinan Islam sedunia ini akan mempersatukan seluruh negeri-negeri Islam; mengatur dan mengurus mereka dengan syariah Islam; menghimpun potensi dan kekuatan umat Islam di seluruh dunia untuk mengukir kembali kejayaan Islam serta mengembalikan tanah-tanah dan berbagai sumberdaya alam kaum Muslim yang telah dirampas dan direbut secara paksa oleh rezim penjajah. Di bawah Khilafah pula umat ini bisa mengibarkan bendera jihad dan panji dakwah Islam ke seluruh dunia hingga dunia merasakan kebahagiaan hidup dalam naungan Islam.

Sebaliknya, Islam telah melarang perpecahan umat Islam yang akan berakibat pada kegagalan. Allah SWT antara lain berfirman:

وَلاَ تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُم

Janganlah kalian berbantah-bantahan hingga mengakibatkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan (QS al-Anfal [8]: 46).

Rasulullah saw. bahkan bersabda:

»إِذَا بُوْيِعَ لِخَلِيْفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا اْلآخَرَ مِنْهُمَا«

Jika ada dua orang khalifah dibaiat (diangkat) maka bunuhlah yang terakhir dibaiat (‘khalifah tandingan’) (HR Muslim).

Hadis di atas menegasakan keharaman lebih dari satu orang imam/khalifah yang memimpin umat Islam. Dalam hadis itu pun terdapat kewajiban umat Islam untuk memerangi khalifah yang dibaiat terakhir untuk mencegah terjadinya perpecahan yang akan mengakibatkan umat Islam tidak bersatu.

Aspek kedua: umat Islam lebih dari sepuluh abad hidup dalam satu kepemimpinan, yakni Khilafah yang dipimpin seorang khalifah. Khalifah menjadi perisai tempat umat berlindung, bahkan menjadi benteng dari segala hal yang akan menghancurkan seluruh sendi-sendi kehidupan mereka. Khalifah juga menjadi penjaga stabilitas kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik dan pemerintahan.

Aspek ketiga: kenyataan empirik saat ini menunjukkan bahwa sejumlah bangsa dan negara mulai cenderung untuk ‘bersatu’ dalam berbagai aspek (ekonomi, militer dan hukum) untuk menghadapi tantangan globlal ke depan. Uni Eropa adalah salah satu contohnya. Gagasan Uni Eropa muncul sejak tahun 1950-an. Setelah melalui proses perundingan yang tidak pernah berhenti, ide besar itu baru terwujud pada tahun 1992, yakni ketika perjanjian ditandatangani di kota Maastrich, Belanda. Artinya, kesatuan Eropa baru terwujud 40 tahun kemudian. Pada awalnya Uni Eropa hanya diikuti oleh 12 negara. Sekarang tidak kurang dari 23 negara ikut dalam Uni Eropa. Mereka didorong oleh rasionalitas, bahwa konsep negara-bangsa (nation state) makin kehilangan daya untuk menghadapi percaturan global saat ini dan pada masa yang akan datang. Karena itu, Uni Eropa menjadi kebutuhan mereka.

Khilafah: Kunci Kebangkitan Umat Islam

Dibandingkan dengan Uni Eropa yang tidak punya landasan historis, teoretis apalagi teologis, gagasan Khilafah Islam jelas memiliki semua landasan untuk tegak berdiri: teologis (akidah), normatif (syariah) maupun historis (sejarah). Ide Khilafah Ini juga sangat rasional. Jika Khilafah Islam tegak maka ia berpotensi menyatukan 1,4 miliar umat Islam di seluruh dunia; menghimpun sebagian besar kekayaan sumberdaya alam yang umumnya di miliki negeri-negeri Islam; bahkan menggalang kekuatan militer/tentara dalam jumlah amat besar.

Potret masa depan umat Islam yang besar inilah yang tidak dikehendaki oleh Barat. Sebab, mereka sadar, jika Khilafah tegak dan mempersatukan umat Islam sedunia, dominasi dan penjajahan mereka akan segera berakhir. Karena itu, umat Islam harus sadar bahwa keterbelahan umat Islam sejak awal memang menjadi cita-cita kaum penjajah Barat dan mereka akan terus membuat skenario untuk memeliharan keterbelahan umat tersebut. Salah satunya adalah dengan terus-menerus memojokkan ide Khilafah sekaligus memerangi kaum Mulsim yang berjuang untuk menegakkan Khilafah.

Karena itu, umat harus sadar, Khilafah adalah kunci persatuan umat Islam sedunia. Khilafah pula yang bakal menegakkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan, yang tentu bakal menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia.

Walhasil, penting bagi Muslim manapun untuk terus menyuarakan persatuan umat Islam sedunia. Namun, lebih penting lagi umat ini untuk terus menyuarakan, bahwa persatuan umat Islam sedunia tak akan pernah benar-benar bisa terwujud, kecuali dalam satu kepemimpinan Khilafah Islamiyah. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. []

KOMENTAR AL-ISLAM:

Arifin Ilham: Permasalahan besar umat dan bangsa saat ini adalah kerusakan moral (Republika, 22/12/2009).

Kerusakan moral hanyalah salah satu akibat dari kerusakan sistem yang diterapkan di negeri ini, yakni sistem sekular.

TANDA-TANDA AMBRUKNYA PERADABAN BARAT, DAN KEMENANGAN ISLAM

[AL-ISLAM 490] Sejumlah ujian keimanan dan kesabaran kembali dialami umat Islam akhir-akhir ini, khususnya di sejumlah negara Barat seperti Inggris, Denmark, Swiss, Jerman, Prancis, Kanada, Belanda dan—tentu saja tak ketinggalan—Amerika Serikat. Selain pelecehan dan diskriminasi terhadap kaum Muslim oleh pemerintahan negara-negara Barat yang memang sudah lama berlangsung, paling tidak, ada tiga bentuk ujian lain yang akhir-akhir ini diterima umat Islam di sana.

1. Pelarangan cadar/hijab/burqa.

Di Prancis, pelarangan penggunaan cadar/hijab/burqa tinggal selangkah lagi. Prancis telah mengusulkan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang menjadikan penggunaan cadar (penutup wajah) di tempat umum sebagai sebuah bentuk pelanggaran, dengan ancaman denda sebesar 750 Euro, atau sekitar Rp 9 juta (Kantor Berita HT, 9/1/10).

Warga Muslimah Prancis yang bercadar banyak yang mengeluh atas tekanan pemerintah yang terus-menerus dilakukan kepada mereka. Mereka merasa keberadaan mereka sebagai warga negara tak diakui dan cenderung dilecehkan (Eramuslim, 15/7/09).

Sebelum Prancis, Jerman ‘lebih maju’ lagi. Tahun 2007, Pengadilan administratif Jerman mengesahkan larangan mengenakan jilbab di wilayah North Rhine-Westphalia. Sebelumnya, pengadilan yang sama juga memutuskan untuk mendukung larangan berjilbab. Dari 16 negara bagian di Jerman, delapan negara bagian menyatakan melarang jilbab (Eramuslim, 15/8/2007).

Pada tahun 2007 pula, Pemerintah Kanada mengajukan proposal undang-undang berisi larangan Muslimah mencoblos dalam bilik suara Pemilu jika mengenakan cadar/burqa (Eramuslim, 29/10/07).

Pemerintah Denmark baru-baru ini juga telah memutuskan membentuk sebuah komite untuk mengkaji fenomena cadar/burqa setelah adanya tuntutan dari kelompok konservatif di pemerintah Denmark yang mendesak adanya pelarangan penuh bagi Muslimah yang mengenakan pakaian yang menutup seluruh tubuh di tempat umum (Eramuslim, 19/1/10).

Di Belanda, tahun 2008 lalu, Kementerian Pendidikan Belanda pun mengajukan usulan kepada Parlemen agar memberlakukan larangan total terhadap cadar/burqa, baik di dalam maupun di luar sekolah. Pemerintah Belanda sendiri telah menyiapkan aturan berbusana di Negeri Kincir Angin itu dan akan melarang cadar di seluruh kantor kementeriannya (Eramuslim, 9/9/08).

2. Pelarangan menara masjid.

Lebih dari 57 persen pemilih Swiss beberapa waktu lalu (29/11) telah menyetujui adanya pelarangan pembangunan menara masjid. Swiss People’s Party (SVP), partai terbesar di Swiss, telah memaksa rakyat Swiss untuk melakukan referendum (pemungutan suara). Menjelang referendum, sebuah masjid di Jenewa untuk ketiga kalinya dirusak selama kampanye anti-menara masjid, seperti dilaporkan media setempat hari Sabtu lalu (Eramuslim, 13/11/09).

Seperti belum puas, Partai Rakyat Swiss (SVP) juga sedang menyiapkan kampanye-kampanye baru untuk membatasi ruang gerak kaum Muslim di negeri itu. Sejumlah tokoh SVP mengatakan bahwa mereka juga akan mendorong diberlakukannya larangan burqa, jilbab, sunat bagi perempuan dan melarang adanya dispensasi bagi Muslimah dalam pelajaran berenang.

Larangan pembangunan menara masjid di Swiss telah bergema di seluruh Eropa, dengan adanya seruan di Belanda, Belgia dan Italia untuk melakukan referendum yang sama untuk melarang simbol-simbol Islam. Di Belgia kelompok sayap kanan Vlaams Belang mengatakan akan menyerahkan keputusan kepada DPRD Flemish untuk melarang menara-menara di negeri itu. Di Italia Liga Utara yang anti-imigran juga menyerukan larangan yang sama (Eramuslim, 1/12/09).

3. Penggeledahan warga Muslim.

Setelah serangan bom bunuh diri di Yaman yang menewaskan sejumlah anggota badan intelijen Amerika Serikat (AS), AS kembali bersikap paranoid. Kini penumpang pesawat terbang yang berasal 14 negara yang diduga ’sumber teroris’ bakal diperiksa lebih ketat dari penumpang pesawat lainnya. Prosedur yang mulai berlaku efektif pada Senin (4/1) ini juga disebabkan oleh adanya percobaan peledakan pada Hari Raya Natal lalu. Saat itu seorang pria Nigeria bernama Abdulmutallab yang mengaku anggota kelompok Al-Qaeda berusaha meledakkan pesawat AS yang tengah menuju Detroit.

Dampaknya, penumpang yang berasal dari negara yang dianggap oleh AS sebagai ’sponsor terorisme’ seperti Iran, Sudan, Suriah, Afghanistan, Algeria, Irak, Libanon, Libia, Nigeria, Pakistan, Arab Saudi, Somalia dan Yaman bakal menjalani proses pemindaian yang ekstraketat. Hampir semua negara yang dicurigai itu merupakan negara Muslim. Para penumpang tersebut akan digeledah, tas mereka diperiksa dan tubuh mereka dipindai untuk mendeteksi adanya bahan yang mungkin dapat menjadi bahan peledak. (Media Indonesia, 4/1/2010).

Front Kedua Penasihat antiterorisme Obama, John Brennan, memperingatkan. “Saya bukan ingin mengatakan bahwa AS membuka front kedua. Ini adalah tindak lanjut dari upaya yang tengah berjalan sejak dimulainya pemerintahan Obama,” ujar Brennan (Koran Jakarta, 5/1/2010).

Bandara Heathrow di London, Inggris, juga memberlakukan pemeriksaan penumpang yang meliputi skrining seluruh badan sebelum penumpang naik ke atas pesawat. Selain AS dan Inggris, Belanda sudah lebih dulu menggunakan alat semacam “scanner” yang digunakan untuk memeriksa tubuh manusia bagi para penumpang dari Bandara Schipol, Amsterdam yang menuju AS (Eramuslim, 4/1/10).

Sinyal Kebangkrutan Peradaban Barat

Beberapa fakta di atas sesungguhnya menjelaskan beberapa hal. Pertama: sinyal kebangkrutan peradaban Barat. Barat menghadapi gelombang kebangkitan Islam—yang antara lain ditunjukkan dengan banyaknya warga Barat yang masuk Islam, menjamurnya pemakaian jilbab dan cadar, serta berdirinya banyak masjid—dengan amat kalap dan membabi-buta. Barat tidak sadar, bahwa dengan itu mereka sesungguhnya sedang menistakan peradaban mereka sendiri, yakni demokrasi, HAM dan kebebasan yang selama ini mereka agung-agungkan. Jelas, ini menjadi salah satu sinyal kebangkrutan peradaban mereka.

Kedua: Omong-kosong demokrasi, HAM dan kebebasan. Barat jelas-jelas mengingkari ajaran sekaligus prinsip hidup mereka sendiri, yakni demokrasi, HAM dan kebebasan. Buktinya, selain dalam kasus-kasus di atas, Barat sudah sering bertindak diskriminatif terhadap warga Muslim dengan terus berupaya menghambat kebebasan warga Muslim untuk mengekspresikan ajaran agamanya. Jelas pula, bahwa demokrasi, HAM dan kebebasan Barat hanyalah bualan belaka.

Ketiga: Sikap Barat di atas bukanlah sekadar pelarangan menara atau jilbab/burqa, tetapi bentuk nyata dari pertarungan peradaban (clash of civilization). Hal ini tampak nyata dari alasan-alasan yang dikemukan oleh pihak-pihak yang menolak menara masjid atau jilbab/burqa. Intinya, yang mereka tolak adalah ajaran Islam yang memang merupakan sebuah ideologi dengan sistem hukum yang didasarkan pada akidah Islam. Di Swiss, misalnya, pendukung pelarangan menara itu menyebut pembangunan menara akan mencerminkan pertumbuhan sebuah ideologi dan sistem hukum yang tidak sejalan dengan demokrasi Barat.

Keempat: lebih dari sekadar pertarungan peradaban, permusuhan adalah sikap Barat yang sebenarnya terhadap Islam dan kaum Muslim. Bahkan permusuhan Barat terhadap Islam dan kaum Muslim sangatlah keras. Fakta pelarangan jilbab/burqa dan menara masjid serta penggeledahan warga Muslim hanyalah secuil buktinya. Selama ini sikap permusuhan yang jauh lebih keras dan biadab terhadap Islam dan kaum Muslim sesungguhnya telah mereka pamerkan kepada dunia dengan penuh kecongkakan. Pelecehan terhadap Baginda Nabi saw. dalam bentuk kartun di Denmark, pembuatan film ‘Fitna’ yang melecehkan jihad di Belanda, penistaan al-Quran di Penjara Guantanamo, dll adalah di antara bentuk permusuhan mereka yang tidak bisa dianggap kecil.

Lebih dari itu, Perang Melawan Terorisme (Wor on Terorrism) yang nyata-nyata ditujukan terhadap umat Islam di berbagai negara yang telah menewaskan jutaan Muslim, khususnya di Irak dan Afganistan, adalah bukti lain tentang betapa kerasnya permusuhan Barat kafir tehadap Islam dan kaum Muslim. Mahabenar Allah SWT yang berfirman:

«قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ»

Telah tampak kebencian dari lisan-lisan mereka (orang-orang kafir) dan apa yang tersembunyi di dalam dada mereka adalah lebih besar lagi (QS Ali Imran [3]: 118).

Allah SWT juga berfirman:

«وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ»

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka (QS al-Baqarah [2]: 120).

Sikap Umat Islam

Memperhatikan seluruh fakta di atas, umat Islam sudah seharusnya menyadari sejumlah hal di antaranya: Pertama, Barat kafir penjajah sesungguhnya tidak akan pernah berhenti memusuhi Islam dan umatnya. Apa yang mereka serukan ke tengah-tengah kaum Muslim seperti demokrasi, HAM, kebebasan, dialog antarperadaban Barat-Islam dll hanyalah omong-kosong belaka. Pasalnya, semua yang mereka serukan itu terbukti bertentangan dengan sikap mereka yang sebenarnya, sebagaimana terungkap di atas. Semua itu hanyalah tipuan agar kaum Muslim mau menerima nilai dan ajaran mereka.

Kedua, Islam dan umatnya akan tetap mengalami pelecehan, penistaan bahkan ancaman kekerasan dan pembunuhan dari negara-negara Barat kafir penjajah atau negara-negara yang mereka dukung (seperti Israel)—sebagaimana terjadi di Irak, Afganistan dan Palestina—selama Islam dan umatnya tidak memiliki pelindung, yakni sebuah institusi negara yang mempersatukan mereka di seluruh dunia. Itulah Khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah. Khilafahlah pemersatu dan pelindung umat dari segala ancaman, termasuk dari penjajahan Barat. Itulah yang diisyaratkan oleh Baginda Nabi saw. melalui sabdanya:

«إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»

Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah pelindung. Dia bersama pengikutnya memerangi orang kafir dan zalim serta melindungi orang-orang Mukmin (HR al-Bukhari dan Muslim)

Khilafah juga akan membebaskan umat dari seluruh persoalan kehidupan mereka dengan menerapkan syariah Islam dalam segala aspeknya. Karena itu, selain kewajiban syariah, perjuangan penegakan Khilafah semakin relevan dan penting untuk membangkitkan umat menuju masa depan yang lebih baik.

Ketiga, semuanya ini merupakan tanda ambruknya peradaban Barat, dan kembalinya kemenangan Islam. Dengan izin Allah, itu tidak akan lama lagi.[]


KOMENTAR AL-ISLAM:

Keliru, Mahasiswa Biayai Pendidikan (Republika, 19/1/2010).

Benar. Dalam Islam, Pemerintahlah yang bertanggung jawab sepenuhnya atas pendidikan rakyatnya.

LIBERALISASI AGAMA: KONSPIRASI MENGHANCURKAN ISLAM

[Al-Islam 491] Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, melalui Paniteranya, menginformasikan dan memberikan panggilan sidang kepada pihak terkait dalam rangka menyelenggarakan sidang Pleno Perkara Nomor 140/PUU-VII/2009 perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Agenda sidang pleno MK yang akan diselenggarakan pada hari Kamis, 04 Februari 2010, pukul 10.00 wib di Gedung MK (mahkamahkonstitusi.go.id), adalah: mendengarkan keterangan Pemerintah, DPR, Saksi/Ahli dari pemohon dan Pemerintah serta Pihak terkait (MUI, KH Hasyim Muzadi dan Prof. DR. H. Din Syamsudin, MA).

Pengujian (judicial review) atas UU ini diajukan oleh 7 LSM dan beberapa gembong yang selama ini ada di garda terdepan dalam menyuarakan Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme. Mereka adalah: IMPARSIAL (Rachland Nashidik), ELSAM (Asmara Nababan), PBHI (Syamsudin Radjab), DEMOS (Anton Pradjasto), Perkumpulan Masyarakat Setara (Hendardi), Desantara Foundation (M. Nur Khoiron), YLBHI (Patra M Zen), dan perorangan Abdurrahman Wahid (alm.), Prof. DR. Musdah Mulia, Prof. M. Dawam Rahardjo dan Maman Imanul Haq. Mereka tergabung dalam AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan).

Usaha kelompok Liberal untuk melakukan gugatan atas UU No 1 PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama di MK ini sudah digagas sejak 2008 (Okezone, 9/6/08). Keluarnya SKB tiga menteri terkait pelarangan kelompok sesat Ahmadiyah menjadi saat yang bagus bagi mereka untuk melayangkan gugatan ini. Anggapan mereka, SKB yang dikeluarkan Pemerintah mengenai pelarangan berbagai aktivitas Jamaah Ahmadiyah merupakan pelanggaran konstitusi kebebasan beragama dan berkeyakinan dan bahkan diskriminatif terhadap kelompok-kelompok penghayat kepercayaan. Oleh sebab itu, UU No 1 PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama harus segera diganti.

Inti gugatan terkait UU Nomor 1 PNPS Tahun 1965 antara lain pada pasal 2 dan pasal 156 huruf (a) yang besisi ancaman pidana bagi organisasi dan pribadi yang melanggar ketentuan sesuai pasal 1 yang bunyinya: untuk tidak menceritakan, menganjurkan, atau mengusahakan dukungan umum melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia (Islam) atau melakukan kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan keagamaan dari agama itu yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu.

Gugatan dan langkah-langkah propaganda ide liberalisme yang diusung sekelompok LSM dan tokoh-tokoh tertentu itu jelas lebih merupakan “desain” di level lokal, yang menjadi bagian dari “desain global” di Dunia Islam yang bertujuan untuk menghancurkan Islam dan memporak-porandakan kehidupan beragama umat Islam dimanapun mereka berada. Karena itu, di lapangan ide-ide ini mendapatkan penentangan dari tokoh-tokoh umat Islam dari berbagai ormas Islam.


Ulama dan Umat Menolak Liberalisme Agama

Setelah pengajuan draft (rancangan) gugatan ke MK oleh AKKBB, respon keras datang dari ormas-ormas besar di Indoensia. Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, misalnya, meminta Mahkamah Konstitusi menolak yudicial review Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan Penodaan Agama yang diajukan tujuh LSM tersebut. “Kalau UU ini sampai dicabut, orang akan bebas menghujat agama dengan alasan demokrasi dan hak asasi manusia. Padahal ini bukan masalah demokrasi atau HAM, tetapi masalah hak sebuah agama untuk mempertahankan agamanya,” kata Hasyim dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/11/2009).

Pengurus Besar Pemuda Al-Irsyad juga meminta Mahkamah Konstitusi (MK) menolak uji materi terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama ini.

Ketua MUI Ma’ruf Amin pun menilai, “UU No 1 tahun 1965 tersebut harus diperkuat, bukan malah dihilangkan. Sebab, untuk melindungi kemurnian agama.” (Hidayatullah, 25/11/09).

Dia menjelaskan, jika UU No 1 tahun 1965 tersebut dihapus, dampaknya sangat besar. Penyimpangan agama akan tumbuh subur dan tidak bisa dihentikan. Aliran-aliran sesat juga akan bebas berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, ia berharap agar MK menolak tuntutan tersebut. Jika tidak maka gelombang protes dari masyarakat akan timbul, tegasnya.

Pemerintah sendiri melalui Menteri Agama, H. Suryadarma Ali, mengkhawatirkan munculnya radikalisme gaya baru yang berbasiskan ideologi kebebasan. Kini kelompok yang mengusung ideologi kebebasan ini sedang melakukan gugatan ke MK (Mahkamah Konstitusi) terhadap kebebasan memeluk agama yang sekarang sudah berjalan (Republika, 23/01/2010).

Menteri Agama (Menag) H Suryadharma Ali mengingatkan umat Islam agar berhati-hati dengan sekelompok orang yang menginginkan adanya kebebasan beragama tanpa batas.

Menag mohon dukungan para ulama dan umat beragama di Indonesia agar Mahkamah Konstitusi tidak mengabulkan gugatan sekelompok orang tersebut. Pasalnya, mereka sudah terang-terangan menginginkan munculnya agama-agama baru. Selain itu, kalau itu dilegalkan, tidak salah kalau komunitas tertentu dapat mengacak-acak al-Quran dan hadis. Sebab, mereka bebas menafsirkan dan menjalankan agama yang sesuai dengan keinginan mereka tanpa batas.

Untuk itu, masalah ini menjadi keprihatinan kita semua. Seperti di Cirebon, misalnya, muncul aliran Surga Eden. Nama imamnya Imam Tontowi. Salah satu ajarannya, jika wanita mau suci maka ia harus ditiduri dulu oleh imamnya. Kalau nanti tuntutan mereka dilegalkan oleh Mahkamah Konstitusi, maka tindakan mereka untuk menjalankan ajaran agama dengan kebebasan tanpa batas ini tidak bisa disalahkan.

“Saya tidak mau sendiri, tapi perlu dukungan dari para ulama, kiai, umat Islam, dan bangsa Indonesia pada umumnya. Kita mengharapkan dapat menjaga kemurnian agama Islam yang kita cintai ini. Kita tidak mau Al-Quran diacak-acak, begitu juga hadis perlu kita jaga,” kata H Suryadharma Ali.

Tentu masih banyak penolakan lain yang datang dari tokoh-tokoh umat Islam dan pimpinan ormas Islam yang memahami dan menangkap bahaya ide liberalisasi yang diusung oleh kelompok Liberal yang bernaung di AKKBB.


Ada Konspirasi

Agenda yang diusung kelompok Liberal dalam beberapa tahun terakhir ini mengisyaratkan beberapa hal. Pertama: orang-orang kafir, sebagaimana saat ini ditunjukkan oleh kekuatan asing pimpinan AS, akan selalu berupaya menghancurkan Islam dengan berbagai cara, di antaranya dengan merusak akidah Islam. Di Indonesia proyek liberalisasi agama yang dimotori oleh kelompok Liberal sejak beberapa tahun lalu didukung penuh oleh kekuatan asing. Kelompok ini terang-terangan mengaku mendapatkan gelontoran dana Rp 1,4 miliar pertahun dari The Asia Foundation. Mereka berupaya menggiring umat Islam ke arah ‘Islam moderat’, yakni Islam yang lebih pro-Barat, yang tercerabut dari akar pemahaman Islam yang sebenarnya.

Dengan berbagai cara, kaum Liberal mendukung keberadaan aliran sesat Ahmadiyah, juga aliran-aliran sesat lainnya seperti Salamullah (Lia Eden), Bahai, Al-Qiyadah (Mosadeq) dan semisalnya. Ini adalah proyek besar. Jika Ahmadiyah diakui sebagai bagian dari Islam maka ini menjadi pintu masuk untuk merusak bagian-bagian Islam lainnya. Proyek liberalisasi agama ini muncul dari cendekiawan yang telah dididik Amerika dan Barat. Pemahaman menyimpang itu masuk melalui beberapa perguruan tinggi Islam dan program beasiswa terhadap anak bangsa yang belajar ke Amerika dan Barat. Aktivitas mereka didukung sepenuhnya oleh media massa. Mahabenar Allah Yang berfirman:

]وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا[

Orang-orang kafir tidak henti-hentinya berusaha memerangi kalian hingga mereka berhasil mengeluarkan kalian dari agama kalian—jika saja mereka mampu (QS al-Baqarah [2]: 217).

Kedua: adanya koalisi (kerjasama) kaum munafik (dalam hal ini para kaki tangan asing, khususnya kelompok Liberal) dengan kaum kafir (pihak asing) untuk menghancurkan Islam. Kerjasama semacam ini bukanlah hal baru. Empat belas abad lalu Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa di antara karakter munafik adalah menjadikan orang-orang kafir sebagai kawan, pelindung bahkan ’tuan’ mereka. Allah SWT berfirman:

]الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ[

(Orang-orang munafik itu) ialah mereka yang mengambil orang-orang kafir sebagai teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang Mukmin (QS an-Nisa’ [4]: 139).

Ketiga: adanya upaya memecah-belah umat Islam. Ini juga akan selalu dilakukan oleh kaum munafik, juga orang-orang kafir. Pada zaman Rasulullah saw., misalnya, upaya pecah-belah pernah dilakukan orang kafir (Yahudi). Suatu ketika, seorang Yahudi bernama Syash bin Qais lewat di hadapan orang-orang Aus dan Khazraj yang saat itu tengah bercakap-cakap. Yahudi tersebut merasa benci melihat keakraban mereka. Lalu Yahudi tersebut menyuruh seseorang untuk turut terlibat di dalam percakapan mereka, seraya membangkit-bangkitkan cerita Jahiliah pada masa Perang Buats (yang melibatkan Aus dan Khajraj). Orang-orang Aus dan Khazraj pun terprovokasi. Aus bin Qaizhi dari kabilah Aus dan Jabbar bin Sakhr dari kabilah Khazraj akhirnya saling mencaci-maki satu sama lain hingga nyaris terjadi baku hantam dengan pedang terhunus. Berita itu sampai kepada Rasulullah saw. Beliau kemudian menghampiri mereka seraya menasihati mereka akan makna ukhuwah islamiyah. Seketika mereka pun sadar, bahwa mereka telah tergoda setan dan terperdaya musuh. Lalu mereka pun menurunkan senjatanya, berpelukan dan bertangisan. Tidak berselang lama, turunlah firman Allah SWT:

]وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا[

Berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai (QS Ali Imran [3]: 103).


Umat Islam Harus Bersatu dan Melawan

Kalau kita mau merenungkan, tentu upaya merongrong Islam tidak demikian mudah terjadi manakala negara ini berdiri tegak di atas ideologi Islam. Dengan sistem Islam, negara akan melindungi keyakinan warga negaranya, khususnya kaum Muslim, dari segala bentuk penistaan. Sebaliknya, ruang dan sistem demokrasi memberikan peluang kebebasan kepada siapa saja untuk menghujat dan menodai agama. Bahkan kelakuan yang lebih buruk tersebut bisa menimpa Islam dan kaum Muslim. Dengan kedok HAM dan Demokrasi, begitu mengalir deras skenario pelecehan dan penyudutan agama Islam di negeri mereka sendiri.

Karenanya, umat Islam semuanya tentu merindukan lahirnya sebuah sistem yang sepenuhnya menegakkan syariah Islam. Itulah Daulah Khilafah Islamiyah yang bisa menghentikan penghinaan dan penistaan itu semua.

Umat Islam di Indonesia wajib bersatu dan melawan setiap upaya liberalisasi agama yang terang-terangan bertentangan dengan Islam. Jika berdiam diri maka di kesempatan yang berbeda, umat ini betul-betul akan menjadi sekerumunan manusia yang hilang haybah-nya (kemuliaan dan kewibawaannya) di hadapan musuh-musuhnya yang siang dan malam mengintai untuk menghancurkan dirinya.

Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. []

Komentar AL-ISLAM:

SBY: Kebijakan bailout Century sudah dipertimbangkan matang (Republika, 26/1/2010).

Yang jadi soal, tolok ukur kebijakan tersebut adalah nilai-nilai neolib dan demi kepentingan segelintir orang.

Hidup di Kota ataukah di Desa yang Lebih Selamat?

Di zaman modern seperti saat ini baik kota maupn desa semua telah terkena dampak buruk kemajuan informasi dan kebijakan globalisasi di semua bidang. Sebagai contoh ringan, berita di kota besar dunia seperti New York, Los Angeles, Paris, London, dan lainnya bisa langsung disaksikan di gubuk reot yang berada di bawah gunung Pulau Bawean. Karena itu, dampak globalisasi yang terjadi di kota besar bisa juga terjadi di pedalaman terpencil. Demikian pula dengan kemajuan internet yang memungkinkan setiap orang bisa mengakses informasi dan semua kebutuhannya dengan sangat cepat dari seluruh dunia. Kita yang tinggal d 'titik terpencil' Bawean bisa secara langsung melihat dan merasakan dampak-dampak negatif itu di masyarakat kita, misalnya, dulu di Bawean tidak ada tempat biliard dan night club tapi sekarang sudah banyak, dulu tidak ada miras dan narkoba tapi sekarang sudah ada, dulu tidak ada kasus pembunuhan tapi sekarang hanya masalah sepele terjadi pembunuhan, dulu tidak ada kasus perjudian sekarang malah yang melakukan justru pak Haji, dulu tidak ada perampokan sekarang merajalela, dulu tidak ada perkosaan, skrg setiap tahun kasus ini berulang bahkan korbannya di bawah umur, di Jakarta banyak terjadi perselingkuhan di Bawean setiap tahun grafiknya meningkat, di kota besar ada pelacuran di Bawean juga ada walaupun sembunyi-sembunyi, para pejabat di kota korupsi, pejabat di desa di Bawean malah lebih ganas lagi. Jadi sebenarnya yang penting bagi kita adalah menjaga diri di mana saja kita berada, dengan memperbarui iman setiap hari, menjaga hati dan mata jangan sampai lalai, menjadikan al-Quran sebagai imam, dan Rasulullah sebagai Teladan satu-satunya (bkn p.kiyai) dalam menjalani hidup ini. Karena sekarang ini sungguh di setiap tempat di muka bumi banyak masjd terdengar bersenandung kalam ilahi, tapi di waktu yg sama berbagai maksiat dan dosa juga terjadi di setiap lini. Apakah mungkin zaman modern seperti saat ini yg dikenal dalam hadits Nabi sebagai Akhir Zaman, Hari-Hari Penuh Kebohongan, dan Hari-Hari Fitnah? Wa Allahu a'lamu

Anak: Aset Masa Depan

Pernahkah kita membayangkan anak-anak kita kelak di akhirat akan menyelamatkan kita dari siksa api neraka, bahkan memasukkan kita (orangtua) ke dalam syurga Allah SWT? Semua sepakat bahwa orangtua akan sangat senang dan bahkan itulah yang diharapkan: putra-putrinya menjadi ‘penolong’ kelak di akhirat.

Rasulullah saw. pernah bersabda, sebagaimana penuturan Anas bin Malik ra., “Pada Hari Kiamat kelak diserulah anak-anak kaum Muslim, ‘Keluarlah kalian dari kubur kalian.’ Merekapun keluar dari kuburnya. Lalu, mereka diseru, ‘Masuklah ke dalam surga bersama-sama.’ Mereka berkata, ‘Duhai, Tuhan kami, apakah orangtua kami turut bersama kami?’ Hingga pertanyaan keempat kalinya menjawablah Dia, ‘Kedua orangtua kalian bersama kalian.’ Berloncatanlah setiap anak menuju ayah-ibunya, memeluk dan menggandeng mereka; mereka memasukkan orangtuanya ke dalam surga. Mereka lebih mengenal ayah dan ibu mereka pada hari itu melebihi pengenalan kalian terhadap anak-anak kalian di rumah kalian.” (Kitab Nuzhah al-Majalis wa Muntakhib an-Nafais, ash-Shufuri, dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dari jalan ath-Thabrani).

Pernahkah kita membayangkan, satu keluarga, abi, umi dan anak-anak kita bermain-main bersama di Telaga Kautsar, telaga Rasulullah saw. di surga? Bukankah kondisi itu adalah kondisi yang paling diinginkan oleh keluarga Muslim? Bukankah kita ingin menjadi keluarga seperti itu? Bukankah kita juga ingin anak-anak kita nanti menjadi ‘penolong’ kita masuk dalam surga-Nya?

Tidaklah mungkin anak-anak kita akan menjadi penolong kita di akhirat kelak jika anak-anak kita tidak menjadi anak-anak yang shalih-shalihah. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain agar anak-anak kita bisa menjadi penolong kita nanti kecuali kita, sebagai orangtua mencetak dan mendidik anak-anak kita mengerti agama, mengamalkan syariah- Nya dan yang lebih penting lagi adalah menjadi penjaga terpercaya atas syiar dan tersebarnya syariah-Nya di muka bumi ini.

Kita sebagai orangtua harus membuat program yang tersusun rapi dan terencana tentang pendidikan anak kita. Kalau kita senantiasa sibuk membuat planning business kita, tidak layakkah kita membuat planning buat pendidikan anak-anak kita sehingga bisa menjadi anak shalih dan shalihah yang pada akhirnya menjadi penolong kita di akhirat kelak? Kalau kita gagal merencanakan pendidikan buat putra-putri kita, yakinlah putra-putri kita akan seperti apa adanya.

Sudah saatnya kita mem-planning pendidikan di rumah (pasca pendidikan sekolah) dengan pendidikan yang mengacu pada pembentukan syakhsiyah islamiyah. Sudah saatnya setiap kita mendidik anak kita dengan hapalan al-Quran dan al-Hadis. Setelah subuh kita ajari mereka tentang akhlak-akhlak yang mulia dan masih banyak program-program yang lain. Sudah selayaknya kita mengajari mereka dengan mulut kita sendiri (sebagai orangtua). Yakinlah, bahwa apa yang kita sampaikan dari mulut kita sendiri akan sangat membekas di hati dan pikiran anak-anak kita. Kita akan diposisikan sebagai orangtua sekaligus sebagai ‘guru’ yang senantiasa menginspirasi bagi anak-anaknya. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. [Ummu Salma; Inspirator Anak Shalih/Shalihah, tinggal di Bogor]

Tahun Baru dan Pesta Setan

oleh Fathuddin Ja'far

Ada yang sangat memprihatinkan setiap kali pergantian tahun baru masehi tiba. Keprihatinan itu ialah disebabkan mayoritas masyarakat Muslim di negeri ini semakin larut dan semakin menikmati berbagai upacara dan pesta menyambut tahun baru.

Berbagai aktivitas dirancang sejak dari malamnya sampai waktu mid night tiba. Puluhan milyar rupiah dibuang dan dibakar melalu pesta kembang api. Berjam-jam waktu dihabiskan hanya sekedar untuk bergembira ria yang semu. Jalan-jalan dan tempat-tempat lapang serta pantai dipenuhi jutaan manusia. Sambil membawa anak yang masih bayi sekalipun, mereka siap menghabiskan malam tahun baru di jalan dan terjebak kemacetan luar biasa.

Bahkan di tengah dinginnya udara seperti daerah puncak dipadati ribuan kendraan roda empat dan dua, sehingga mengakibatkan macet panjang dari Cianjur sampai Ciawi, Bogor. Saat mereka lelah, mereka mencari tempat beristirahat termasuk masjid-masjid yang ada di sepanjang jalan di mana mereka terjebak kemacetan. Saat waktu sholat subuh tiba, mereka tertidur nyenyak keletihan dan tak mampu bergerak untuk shalat subuh, atau memang tidak ada lagi keinginan shalat, padahal mereka sedang berada di dalam masjid.

Belum lagi mereka yang melakukan pesta mabuk-mabukan sehingga tak jarang mengakibatkan tabrakan di jalan dan kericuhan di tempat-tempat pesta pora sehingga aparat kepolisian harus berkerja ekstra dengan ribuan prajuritnya untuk menjaga keamanan.

Tahun ini muncul satu fenomena baru yang mengagetkan, yakni banyaknya masyarakat yang menyalakan kembang api dan petasan sehingga hingar bingar malam tahun baru bukan hanya di tempat-tempat keramaian, akan tetapi sudah menyerang masuk ke komplek-komplek perumahan dan perkampungan. Sepertinya tak ada rumah tanpa kembang api, petasan dan terompet.

Coba bandingkan dengan peserta zikir yang dipimpin Ust. Arifin Ilham di Masjid Attin dan Uje di Masjid Pondok Indah. Hanya berapa jumlah mereka dibanding dengan yang tumpah ruah di jalan dan tempat-tempat lapang dan pinggir pantai? Mana masjid-masjid yang dulu di tahun 90an masih dipenuhi oleh generasi muda Islam sambil melakukan muhasabah (evaluasi diri)? Pendek kata, pesta menyambut tahun baru benar-benar sudah merasuk kedalam lerung hati dan pikiran masyarakat dan tak terkecuali para pejabat pemerintahan sehingga menjadi sebuah pesta pora ala setan.

Sepertinya, untuk sampai ke tingkat yang sangat memprihatinkan ini, komunitas setan telah bekerja keras bertahun-tahun.Akhirnya, mereka berhasil juga menjerumuskan masyarakat Muslim Indonesia ini ke dalam pesta ala mereka. Ilustrasi berikut ini mungkin bisa membantu kita untuk memahami kenapa hampir mayoritas masyarakat Msulim di negeri ini terjerumus ke dalam jurang tipu daya setan yang di tahun 70an kita belum melihatnya separah apa yang kita saksikan pada beberapa tahun belakangan ini.
Pada suatu hari, Iblis sang bosnya setan mengumpulkan komunitasnya sambil berkata kepada mereka :

Kita harus bekerja keras agar anak-cucu Adam di Indonesia ini mau menjadi pengikut dan budak kita. Kita harus buat strategi yang jitu sehingga mereka suatu saat beramai-ramai tidak menyadari kekeliruan yang mereka lakukan dan bahkan merasakan kenikmatannya dan mengira itu adalah suatu kebenaran atau sah-sah saja.

Strategi tu ialah, kita tidak mungkin memulai dengan melarang mereka ke masjid-masjid, membaca dan mempelajari Al-Qur’an, belajar Islam… Kita tidak mungkin melarang mereka berzikir dan membangun hubungan dengan Allah dan nabi mereka Muhammad….. Kalau ini yang kita lakukan, kita akan kehabisan energy dan mereka tidak mungkin dapat dikalahkan…

Sebab itu, biarkanlah mereka pergi ke masjid pada saat tertentu seperti hari jumat, iedul fitri dan iedul adh-ha.. Di tengah-tengah itu, dorong mereka agar menggunakan syahwat harta, tahta dan wanita. Bagi yang tidak kebagian, dorong syahwat pesta pora dan ingin bersenang-senang.Nah, malam tahun baru masehi adalah waktu yang paling pas untuk memobilisasi mereka terjerumus ke dalam perangkap kita.

Pada dasarnya, kata Iblis lagi; sibukkan kaum Muslimin di negeri ini dengan hal-hal yang tidak bermutu, dorong mereka untuk menghabiskan waktu dan uang pada perkara-perkara yang tidak bermanfaat dan bahkan sampai ke tingkat mubazir, seperti terompet, petasan dan kembang api. Kalau kita sudah berhasil menciptakan kondisi seperti itu, berarti kita sudah menang dan mereka sudah menjadi saudara-saudara kita. (QS.Al-Isra’ : 27).

Agar strategi kita kuat dan berpengaruh jangka panjang, kita perlu meningkatkan kinerja. Berbagai daya tarik perlu diciptakan. Berbagai alternatif perlu ditawarkan dan berbagai langkah perlu dijalankan. Di antaranya :

Uapayakan mereka hidup konsumtif dan hidup dalam berhutang dan berhutang (kredit dan kredit)…
Dorong mereka bekerja keras untuk mencari uang sepanjang hari, kalau perlu sampai larut malam dan buat alasan kerja itu ibadah… Kalau bisa, dorong mereka bekerja 10 -124 jam perhari, 6-7 hari perpekan dan begitulah sepanjang tahun…

Bangun angan-angan dan janji-janji kosong dalam benak mereka untuk jadi orang kaya, punya uang banyak, rumah besar, kendaraan mewah, anak-anak harus sekolah di sekolah-sekolah mahal. (QS.Annisa’ : 120 dan Al-Isra’ : 64)

Jangan sampai mereka punya waktu yang cukup untuk anak-anak dan istri-istri mereka, dengan alasan bekerja keras untuk membahagiakan mereka…Demikian juga upayakan agar tidak ada waktu silaturtahmi dengan orang tua dan karib kerabat mereka dengan alasan sedang sibuk meniti karir dan mencapai kebebasan financial….

Pokoknya, buat mereka seakan-akan sangat sibuk dengan urusan yang besar-besar… Bangun dalam diri mereka kebanggaan pada fasilitas hidup dunia, seperti mobil, rumah, handphone dan berbagai perangkat lainnya.. Dorong gengsi mereka sebesar-nya terhadap aspek materil sehingga mereka menjadi orang-orang yang sombong…

Untuk itu, lalaikan mereka dengan berbagai bentuk hiburan seperti musik, video, sinetron, film, party dan sebagainya… Dengan demikian, mereka akan menjadi orang yang lalai mengingat Allah dan berorientasi duniawi dan tidak ingat lagi kematian dan akhirat…

Terkait wanita wanita Muslimah, rangsang mereka untuk keluar rumah dan meninggalkan anak-anak mereka., baik dengan alasan bekerja maupun dakwah, shopping atau arisan (silaturrahmi). Kembangkan dalam pikiran mereka semangat kompetisi tdiak sehat dengan kaum pria… Ajarkan kepada mereka berbagai fashion dan teknis kecantikan fisik kendati harus merubah jenis kelamin mereka sendiri (QS. Annisa’ : 119).

Ajarkan mereka untuk selalu tidak puas pada pemberian suami mereka, baik terkait dengan harta maupun dengan nafkah batin. Pokoknya, buat mereka sibuk sesibuknya sehingga tidak ada waktu untuk melayani suami dan merawat anak-anak mereka secara sempurna.. Dengan demikian, rumah tangga dan anak-anak mereka dijamin berantakan….

Inilah tugas kalian… Inilah tugas kalian… inilah tugas kalian, kata sang Iblis.. Mendengar perintah tersebut, para setan serentak menjawab : Oke Boss… Kami akan lakukan… Lalu Iblis berkata : Apa bukti kalian berhasil? Salah satu setan senior menjawab : Lihat saja nanti saat menyambut tahun baru masehi… Bila mayoritas kaum Muslim tumpah ruah sambil berpesta pora ala kita dalam menyambut tahun baru masehi dan tidak ingat lagi sholat, tidak ingat lagi Allah, bahkan tokoh-tokoh dakwahnya sudah pada ikutan, saat itulah misi kita berhasil (QS.Al-Hijr : 39 -42)

Saudaraku… Ini hanyalah ilustrasi, namun faktanya mungkin lebih dari itu. Untuk itu, waspadalah selalu terhadap langkah dan tipudaya setan, karena tipu dayanya sangat licik dan membahayakan kehidupan dunia dan akhirat kita. Allah berfirman :

يَا بَنِي آَدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآَتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ (27) وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آَبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (28)

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya.

Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.(27)

Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? (28) (QS. Al-A’raf : 27 -28) Allahul Must’aan…

Rekayasa Kesuksesan Dunia Akhirat

Allah berfirman : Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (Al-Kahfi : 103-104).

Banyak orang tak tahu bahwa apa yang dilakukan mendatangkan kemudharatan pada dirinya, menghancurkan kehidupan dan masa depannya. Mereka asyik masyuk dalam perbuatan-perbuatan yang terus menggiringnya pada kealfaan dan kelupaan yang terus bergulir kencang menuju jurang curam yang menenggelamkan dirinya pada kenistaan yang pekat.

Tragisnya mereka mengira bahwa yang dilakukannya berada di jalur dan alur yang benar, di jalan yang haq sementara orang lain berada di jalur yang salah dan sesat. Jika ada orang yang memberi nasehat maka dengan congkak dan pongah mereka akan mengatakan : kami bukan perusak sebaliknya kami adalah orang-orang-orang yang senantiasa melakukan kebaikan.

Orang-orang semacam ini adalah orang-orang yang gagal, atau dalam istilah Al-Quran disebutkan sebagai orang-orang yang khasir.

Semua kita tak ingin terjerembab dalam kegagalan yang pekat yang kita lakukan sendiri, namun tak banyak diantara kita yang tahu bagaimana cara tertepat merancang kesuksesan dalam hidup ini untuk akhirat nanti.

Beberapa sifat di bawah ini akan sangat membantu kita untuk menjadi sukses dalam arti yang sebenarnya dalam menata, meniti dan merancang hidup ini.

Sebagai orang yang ingin sukses, kita harus memiliki sifat tawazun (balance) dalam segala hal. Sebab Islam tidak mengajarkan kita untuk berlaku ghuluw(ekstrim) dalam setiap dimensi kehidupan kita. Bahkan salah satu karakter ummat ini adalah bahwa mereka dinobatkan sebagai ummat moderat, yang sangat anti ekstrimisme, sebab ekstrimisme gampang menggelembung namun dengan sangat mudah dia kempes.

Rasulullah melarang sahabat-sahabatnya untuk berekstrim ria bukan hanya dalam makan dan minum, dalam belanja dan infak bahkan melarang ekstrimisme sampai hal-hal yang sifatnya ibadah mahdhah. Rasulullah mengajarkan kita proporsionalisme agar hidup ini stabil, smooth dan pasti. Rasulullah melarang sahabatnya yang akan puasa sepanjang tahun tanpa jeda, atau melek malam untuk qiyamul lail sepanjang malam. Jelas bahwa ini merupakan sikap objektif, realistis Rasulullah dalam menyikapi hidup ini.

Kaca mata hidup orang-orang sukses bukanlah kaca mata hitam yang melihat semua perkara menjadi hitam. Mereka akan senantiasa melihat persoalan dengan kaca mata bening sehingga hasil yang muncul juga akan bening. Ini berbeda dengan mereka yang memakai kaca mata hitam di dunia. Pandangan-pandangannya menjadi gelap, bahkan pada hal-hal yang benar. Semua hal dicurigai, semua hal menjadi di-suuzh-zhani. Pandangan matanya menjadi tidak lagi objektif.

Sikap orang sukses juga akan senantiasa menjadikan dirinya sebagai orang yang rendah hati, yang tidak ada lagi kesombongan meruyak dari dalam hatinya. Hatinya jernih, bersih dari takabbur. Dia akan gampang menerima pandangan orang lain yang mungkin dianggapnya lebih benar dari pandangannya, sebagaimana dia tidak akan memaksakan pandangan hidupnya pada orang lain walaupun dia anggap benar.

Dalam kamus hidupanya berlaku : Pendapatku benar namun ada kemungkinan salah dan pendapat orang lain salah namun ada kemungkinan benar. Dia lapang dan penuh toleransi (samahah). Dia suka mendengar pendapat orang lain sejelek apapun pendapat orang tersebut, bahkan kalaupun dia telah mendengarnya puluhan kali. Dia akan sangat terbuka mengakaui kesalahan yang pernah dilakukan walaupun mungkin sangat pahit dan getir terasa. Sebab memendam kesalahan tanpa mengakauinya hanya akan menjadi virus mematikan dan akan menyuburkan kesombongan dalam dada.

Bagi orang-orang yang sukses dia akan senantiasa pandai menempatkan seseorang sesuai dengan kedudukan dan posisinya. Jika dia berhadapan dengan seorang alim maka dia akan menghormati ilmunya, jika dia bertemu penguasa dia akan tetap menghormatinya selama yang bersangkutan tidak membabi buta. Dia tahu dirinya dan tahu diri orang lain. Hatinya peka, nuraninya tajam, kalbunya jernih.

Orang sukses pasti berburu kebaikan dimanapun dia berada, dan dalam situasi bagaimanapun dia adanya. Kebaikan adalah dambaannya, kejahatan adalah musuhnya. Dia akan “menguras” kebaikan itu baik dari teman dan sahabat ataupun musuh bebuyutannya. Sebab kebaikan itu adalah harta yang hilang dan seorang mukmin adalah yang paling berhak mendapatkan.

Orang sukses akan senantiasa rajin berinteraksi dengan manusia dan menjauhi alinasi. Dalam interaksi dia akan senantiasa bertekad menanamkan pengaruh kebaikan dan mengikis kejahatan semampu yang dia lakukan. Hari-harinya adalah amar ma’ruf dan nahi mungkar. Baik lewat tangan yang mampu dia gerakkan, atau lisan yang bisa diucapkan atau doa yang bisa dia panjatkan. Dia akan senantiasa kegerahan jika melihat pelanggaran dilakukan di depan mata dengan cara yang sangat telanjang. Hatinya pilu jika kejahatan merajalela, kalbunya pedih jika melihat kemungkaran menjadi lumrah.

Orang sukses akan senantiasa merindukan kemerdekaan, kemerdekaan baginya adalah harta paling berharga dalam hidup ini, tanpa kemerdekaan orang akan mengalami penindasan, tanpa kemerdekaan dunia akan dilanda kekacauan, tanpa kemerdekaan manusia sebenarnya telah mati sebelum dikuburkan.Di telinganya senantiasa terngiang ucapan sakti Umar bin Khattab pada ‘Amr bin ‘Ash : Sejak kapan kau perbudak manusia padahal ibu-ibu mereka melahirkan mereka dalam keadaan mereka?

Senyum akan menjadi hiasan hidup orang-orang sukses, sebab senyum adalah sedekah gratis yang mendapat garansi dari Rasulullah. Bahkan disebutkan bahwa Rasulullah adalah sosok yang senantiasa tersenyum dalam kesehariannya. Senyumnya senantiasa mengembang sebab dalam senyum terpencar kebahagiaan dan simbol kesuksesan.

Orang-orang sukses senantiasa merencanakan agenda hidupnya dengan rapi dan bukan dengan cara-cara sporadik dan ngawur. Hidupnya rapi dan apik, teratur dan sistematis. Dia tahu bahwa perencanaan yang baik dalam hidup adalah separuh kesuksesan. Hidup ini adalah keteraturan sebagaimana semesta juga berjalan dengan teratur.

Orang-orang sukses akan menyingkirkan kegundahan hidupnya, menguburkan kegelapan masa lalunya, menyingkirkan rintangan masa depannya, melintas cobaan yang di hadapannya. Sebab dia sadar masa lalu telah berlalu dan harus tidak diratapi sedangkan masa depan adalah sesuatu yang ghaib maka tak wajar jika kita menanamkan “chip” ketakutan dalam benak kita karena itu belum tentu terjadi. Menangisi masa lalu adalah kebodohan, takut akan masa depan adalah kebodohan yang lain.

Orang-orang sukses akan senantiasa tampil di depan merekayasa kehidupan ini untuk sesuatu yang lebih baik, lebih adil, lebih makmur dan sejahtera. Manusia sukses, semakin lama dia akan semakin menjauh dari dunia dan akan senantiasa merapat pada akhirat. Manusia gagal akan asyik masyuq dengan dunia walaupun di depan mata terbentang ajal.

Jangan Menjadi Golongan Bawah

oleh Mashadi

Golongan bawah tidak berkonotasi dengan orang-orang miskin yang melarat, tidak memiliki harta, tidak memiliki pangkat, tidak memiliki jabatan, tidak memiliki kedudukan, tidak memiliki ilmu, dan hina di mata manusia. Tetapi, yang dimaksud dengan golongan bawah itu, tak lain, manusia yang berbuat maksiat, gemar berbuat dosa, durhaka, dan menolak semua aturan dan hukum yang ditetapkan oleh Allah Azza Wa Jalla.

Allah Rabbul Aziz menciptakan makhluknya dibagi menjadi dua golongan, pertama golongan yang memiliki kedudukan tinggi ‘illiyyin’, dan kedua golongan yang memiliki kedudukan bawah (rendah), yang disebut ‘asfilin’. Maka, masing-masing manusia dapat memilih sesuai dengan tingkat pemahaman, apakah akan memilih menjadi golongan ‘illiyyin’ atau golongan ‘asfilin’. Masing-masing pilihan yang dilakukan manusia itu, pasti mempunyai akibat atas pilihannya itu.

Apakah manusia akan memilih menjadi golongan yang selalu taat, rukuk, sujud dan berkorban kepada Allah Azza Wa Jalla, yang akan mendapat sebutan ‘illiyyin’, atau sebaliknya memilih menjadi golongan yang selalu bermaksiat, durhaka, menolak hukum dan perintah Allah Azza Wa Jalla, yang akan mendapat sebutan ‘asfilin’.

Sesungguhnya Allah Rabbul Alamin akan menjadikan orang-orang yang taat itu, pasti akan mendapatkan kedudukan yang mulia, dan orang yang selalu bermaksiat dan menentang Allah Rabbul Alamin, pasti akan menjadi orang yang paling hina di dunia dan akhirat. Allah Rabbul Aziz akan menjadikan manusia yang taat kepada-Nya sebagai orang yang memiliki ‘izzah’ (harga diri-kemuliaan), dan sebaliknya perbuatan maksiat kepada-Nya sebagai orang yang tidak memiliki ‘izzah’ (harga diri-kemuliaan).

Abdullah bin Umar ra, Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, bersabda :

“Aku diutus dengan pedang diantara masa sebelum kiamat, dan rezeki dijadikan dibawah bayangan tombakku. Allah menjadkan kerendahan dan kehinaan terhadap siapa saja yang melanggar perintahku”.

Setiap kali seseorang melakukan kemaksiatan, maka derajat seseorang akan urun dan turun, sampai ke tingkat ‘asfala safilin’ (yang paling rendah). Sebaliknya setiap kali seseorang melakukan ketaatan, maka tingkatnya akan naik dan akan terus naik, sampai ke tingkat yang paling tinggi ‘illiyyin’. Tetapi, terkadang dalam perjalanan kehidupan manusia itu, seseorang mengalami naik turun derajat.

Selanjutnya, sesungguhnya kedudukan manusia itu sangat ditentukan oleh perjalanannya secara umum, dan apa yang paling dominan dalam perjalanan hidupnya itu. Apakah manusia itu lebih sering melakukan ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla, atau sebaliknya kemaksiatan dalam rentang waktu kehidupannya. Jika manusia menghabiskan waktunya hanya untuk bermaksiat, menolak hukum, dan aturan syariah Allah Azza Wa Jalla, maka manusia akan menjadi golongan bawah 'asfiliin',dan mendapatkan azab di neraka secara kekal. Jadi kondisi ini yang akan menentukan manusia masuk golongan ‘ashabul yamin’ (golongan kanan) atau ‘ashabul syimal’ (golongan kiri), atau masuk ‘assabiqunal awwalun’ (golongan pertama-tama yang beriman), seperti digambarkan dalam surat Al-Waqi’ah.

Disinilah banyak jiwa-jiwa yang salah dan melampau batas. Ia tidak memahami hakikat sebenarnya. Ada seorang hamba yang turun derajatnya sejauh-jauhnya, melbihi jarak barat dan timur, antara langit dan bumi. Akan tetapi derajatnya tidak naik sejauh jarak turunnya.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam :

“Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara satu kata tanpa dipikirkan, ia terjun ke dalam neraka lebih jauh daripada timur dan barat”.

Apakah ada kenaikan derajat yang menyamai tingkat penurunan seperti ini? Penurunan derajat manusia adalah sebuah kewajaran yang pasti dialami, kaerna sebagian manusia ada yang turun derajatnya karena lalai. Jika manusia tersadar, maka ia akan kembali kepada derajat asalnya, atau bahkan mungkin akan lebih tinggi, tergantung tingkat kesadarannya. Ada juga seseorang yang turun derajatnya pada tingkat yang mubah, dan tidak berniat meninggalkan ketaatan.

Kondisi seperti ini,bila manusia itu kembali kepada ketaatan, kemungkinan kembali secara utuh. Kemungkinan manusia kembali kepada ketaatan di masa awalnya, dan mungkin juga kembali ke tingkat yang lebih tinggi. Karena ketika ia kembali mungkin dengan ‘himmah’ (kemauan) yang lebih kuat atau dengan ‘himmah’, tidak naik dan tidak turun. Ada juga penurunan derajat manusia, karena maksiat atau dosa kecil dan besar. Dalam kondisi seperti ini, ketika kembli pada ketaatan, manusia membutuhkan tobat nasuha atau tobat yang benar dan bersih dan jujur.

Soal maksiat, ibaratnya, seperti orang yang bekerja dan memiliki harta yang setiap hari bertambah. Setiap kali hartanya bertambah, maka bertambah pula keuntungan yang diperoleh. Pada saat seseorang melakukan maksiat dan perbuatan dosa, maka keuntungan dan peningkatan itu terhenti, namun masih memiliki saldo awal. Jka ia kembali memulai beramal baik, maka mulai pula peningkatan, tetapi diantara keduanya ada jarak yang jauh sekali.

Menurut Ibnu Qayyim Aljauziah, “Perbedaan tingkat tersebut tergantung tingkat tobat yang dilakukannya, kesempurnaannya, tingkat pengaruh maksiat yang ia lakukan, berupa perasaan kehinaan dan kerendahan diri dihadapan Allah,dan tingkat kembali kepada Allah Azza Wa Jalla, kehati-hatian, tingkat ketakutannya kepada Allah Rabbul Alamin, dan tangisannya, karena takut kepada-Nya. Hal itu terkadang menjadi penguat, sehingga seorang yang bertobat kembali ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga kondisinya setelah bertobat lebh baik dari sebelulm melakukan kesalahan, ujar Ibn Qayyim.

Dalam hal kesalahan yang dilakukannya bisa merupakan rahmat baginya, karena kesalahan dalam hal ini adalah obat yang keluar dari kepercayaan diri dan amalnya. Akibatnya, ia menjad lebih merendah, khusyu’, dan mudah terenyuh (peka), di hadapan Allah Azza Wa Jalla. Ia lebih makrifat (mengetahui kekusaan) Allah, lebih menyadari kebutuhan akan penjagaan dan pengampunan-Nya.

Kesalahan yang ia lakukan mampu membangkitkan kekuatan jiwanya dan semangat dari hatinya untuk melakukan ketaatan kepada Allah, menghentikan kesombongannya dihadapan Allah atau menganggap dirinya lebih dari orang lain, dan menghentikannya di tempat perberhentian orang yang ‘khattain tawaabin’ (orang yang kerap salah dan cepat tobat), malu kepada-Nya, menundukkan kepalanya, menundukan pandangannya terhadap hal-hal yang dilarang, dan menganggapnya sebagai dosa besar, mengakui kekurangannya, ketercelaan dirinya, dan mengakui bahwa hanya Alah Azza Wa Jalla yang berhak memiliki sifat sempurna dan berhak dipuji, yang ditaati dengan setia. Sebagai diungkapkan seorang penyair :

Ia mengutamakan Allah dengan kesetiaan dan pujian, Dan ia memalingkan diri dari hal-hal yang mendatangkan celaan pelaku..

Manusia harus berkeyakinan bahwa semua nikmat yagn berasal dari Allah harus dianggap sangat baik bagi dirinya. Saat orang melakukan dosa atau maksiat sekecil apapun, ia harus ingat bahwa ia berhadapan dengan Yang Mahaagung dan Besar, yang tidak ada yang lebih besar daripada-Nya. Ia berhadapan dengan Yang Mahamulia, dan tiada yang lebih mulia daripada-Nya. Ia berhadapan dengan Pemberi nikmat dari ylang kecil hingga yang besar.

Tentu, salah satu yang yang termasuk dalam perkara yang paling buruk dan hina adalah ketika kita melakukan hal-hal yang hina dihadapan orang yang besar, pemimpin, atau pembesar. Bagaimana, jika yang besar itu adalah Allah Azza Wa Jalla? Layakkah manusia melakukan perbuatan yang hina dihadapan Allah Rabbul Alamin, yang menciptakan, mematikan,dan yang memberikan rezeki kepada manusia?

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap, dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Ia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. (al-Fathir:41). Wallahu’alam.

Ketahuilah Apa Sumber-sumber Dosa Itu

oleh Mashadi

Apa yang menjadi penyebab sumber-sumber dosa? Dosa dan maksiat telah menimbulkan kerusakan dan kekacauan kehidupan. Hukuman dan akibatnya, baik di dunia dan akhirat berbeda-beda bagi mereka yang telah melakukan perbuatan dosa dan maksiat. Namun, pada hakekatnya, asal-usul dosa itu ada dua hal. Pertama, meninggalkan perintah Allah, dan kedua, melakukan larangan Allah.

Dengan dua hal itu, Allah menguji jin, iblis, dan bapak manusia, Adam Alaihi Sallam. Masing-masing dari dua hal itu, terutama dari segi mahall (subjek), terbagi menjadi dua,yaitu dosa lahir yang dilakukan oleh organ fisik, dan dosa bathin, yang dilakukan oleh hati. Dari segi keterkaitannya dengan objeknya, ada dua macam, yaiu dosa melanggar hak Allah, dan melanggar hak makhluk-Nya.

Kemudian, dosa dibagi menjadi empat bagian, yang masing-masing mempunyai pengaruh yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia.

Pertama, dosa mulkiyah. Dosa mulkiyah, ialah perbuatan atau sifat makhluk yang mengambil sifat dan perbuatan yang menjadi hak (privasi) Allah. Seperti merasa suci, dan kultus, kesombongan, kesemena-menaan, merasa tinggi, merasa mulia, memperbudak manusia, menjajah, dan lainnya. Semua itu masuk dalam kategori ini adalah dosa menyekutukan Allah.

Selanjutnya, kesyirikan itu sendiri terbagi dalam dua hal. Pertama, menyekutukan Allah dalam sifat, dan menjadkan tuhan selain Allah. Kedua, menyekutukan Allah dalam bentuk perbuatan kepada-Nya. Bagian kedua ini bisa jadi tidak mengharuskan pelakuknya masuk neraka. Meski dapat menghapus amal yang di dalamnya ia menyekutukan Allah.

Jenis dosa yang pertama di atas adalah jenis dosa yang paling besar dan berat. Termasuk dalam kategori ini adalah mengatakan tentang Allah tanpa ada ilmu dan dasarnya dari wahyu, baik dalam hal penciptaan Allah atau dalam hal syariatnya. Barangsiapa yang menjadi pelaku jenis dosa ini, maka ia telah merampas ketuhanan dan kerjaaan Allah dan menjadi tandingan bagi-Nya.

Kedua, dosa syaithaniyah. Dosa syaithaniyah ini ialah dosa di mana pelakunya menyerupai perilaku dan sifat syetan. Seperti iri, melampaui batas, penipuan, dengki, makar, memerintahkan perbuatan maksiat kepada Allah, menghiasi kemaksiatan dengan kebaikan, melarang kethaatan kepda Allah, melakukan bid’ah, serta mendakwahkan bid’ah dan kesesatan. Dosa jenis ini berada dibawah jenis dosa pertama yaitu dosa mulkiyah dari segi tingkatan dan tingkat mafsadahnya .

Ketiga, dosa saba’iyah. Dosa saba’iyah ialah kebuasan. Dan, yang dimaksudkan dosa saba’iyah, seperti permusuhan (memusuhi orang), marah, menumpahkan darah, dan menindas kaum yang lemah. Dari dosa ini lahir perbuatan (tindakan) menyakiti manusia, keberanian menganiaya, dan permusuhan.

Keempat, dosa bahimiyah. Dosa bahimiyah ialah seperti binatang. Jenis dosa bahimiyah, seperti kejam, dan rakus dalam melampiaskan nafsu syawat perut atau seksual. Dari sinilah lahir tindak perbuatan perzinahan, pencurian, memakan harta anak yatim, bakhil, pelit, penakut, keluh kesah, dan lalinnya. Dosa inilah yang banyak dilakukan manusia. Karena, ketidak berdayaan mereka melawan dosa saba’iyah dan dosa mulkiyah. Dari dosa bahimiyyah mereka diseret untuk melakukan dosas saba’iyah kemudidian ke dosa syaithaniyah, kemudian melakukan dosa yang mencabut hak-hak rububiyah (ketuhan) dan kesyirikan.

Tentu, barangsiapa yang dapat merenungi hal ini dengan seksama, maka ia akan dapat menyimpulkan bahwa dosa-dosa adalah pintu masuk menuju kesyirikan, kekufuran, dan pecabutan rububiyyah Allah.

Dalil-dalil Al-Qur’an, Sunnah, ijma’ (konsensus) shahabat, tabi’in, dan imam-imam mazhab, dosa itu dibagi menjadi dosa besar dan dosa kecil.

Allah berfirman :

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. (An-Nisa’ : 31)

“Yaitu orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil”. (An-Najm : 32)

Dalam hadist disebutkan :

“Shalat lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at, dari Ramadhn ek Ramadhan adalah saat penghapusan dosa-dosa yang besar ditinggalkan”. (HR Muslim).

Sesungguhnya, amalan-amalan yang menghapus dosa keil ada tiga tingkatan. Pertama, amalan yang tidak mampu menghapus dosa-dosa kecil, karena lemahnya amalan itu. Hal ini bisa jadi karena kurang ikhlas. Seperti halnya obat yang tidak mampu melawan penyakit, diakibatkan dari segi kualitas obat yang sangat rendah, sehingga tidak mampu melawan penyakit. Kedua, amalan-amalan itu mampu melawan dan menghapus dosa-dosa kecil, kerena amalan tersebut amat kuat.Kekuatannya hingga mampu menghapus sebagian dosa besar.

Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bertanya kepada Shahabat, “Maukah kalian aku beritahu tentang dosa-dosa yang paling besr?”. Mereka menjawab, “Ya wahai Rasul”. Beliau menjawab, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar dan tidak berzina, makan harta anak yatim, makan riba, melarikan diri dari peperangan, dan menuduh wanita (yang telah kawin) yang tidka tahu menahu dan mukminat dengan berzina”.

Dalam hadist shahih disebutkan, bahwa Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, di tanya, “Dosa apa yang paling besar di sisi Allah?”. Beliau menjawab, “Engkau menjadikan sekutu untuk Allah, sedangkan Ia yang menciptakanmu”.

“Lalu apa lagi?”, tanya shahabat.

“Engkau membunuh anak-anakmu, karena engkau takut mreka makan bersamamu”, jawab Rasul Shallahu Alaihi Wa Sallam.

“Lalu apa lagi?”, tanya shahabat.

Berliau bersabda , “Engkau berzina dengtan isteri tetanggamu”.

Kemudian, Allah menurunkan ayat :

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina… “. (Al-Furqan : 68).

Menurut Abdullah bin Mas’ud dosa besar itu jumlah empat. Menurut Abdullah bin Umar jumlah dosa besar itu jumlahnya tujuh. Menurut Abdullah bin Amr ibn Ash jumlah dosa besar itu ada sembilan, dan menurut yang lain jumlahnya ada sebelas, seemntara yang lainnya mengatakan jumlah dosa besar itu ada tuju puluh.

Empat dosa besar itu, pada lisan, ialah bersaksi palsu, menuduh berzina tanpa bukti, sumpah palsu, dan sihir. Tiga perut, yaitu meminum minuman keas, makan harta anak yatim, dan makan riba. Satu pada kaki, yaitu lari dari peperangan dan satu yang terkait dengan semua tubuh, yaitu durhaka kepada orang tua.

Bahwa tingkat mafsadah (kerusakan) dosa terkait dengan keberanian melangkahi hak Allah. Karena itu, seandainya, ada orang yang meminum khamar atau berzina dan ia berkeyakinan bahwa perbuatan tersebut tidak haram, maka ia telah menyatukan dua kesalahan yaitu kebodohan dan mafsadah melakukan keharaman sekaligus. Itulah hakekat dosa-dosa yang manusia tidak memahaminya. Wallahu’alam.

Carilah Jenis Cinta untuk Memperoleh Petunjuk

oleh Mashadi

Banyak jenis cinta yang menjadi kazanah kehidupan. Dengan cinta manusia bisa hidup. Dengan cinta manusia bisa menjadi celaka. Maka manusia harus memahami hakekat cinta. Ada lima jenis cinta yang harus dibedakan, sehingga tidak timbul persepsi salah, yang akhirnya menyebabkan seseorang tersesat.

Pertama, cinta kepada Allah Azza Jalla. Cinta kepada Allah saja tidak cukupuntuk menyelamatkan seseorang dari siksa Allah dan mendapatkan pahala dari-Nya. Karena orang-orang musryik, penyembah Salib, Yahudi dan lainnya juga mencintai Allah.

Kedua, mencinai apa yang dicintai Allah Azza Wa Jalla. Jenis cinta inilah yang memasukkan seseorang ke dalam Islam dan mengeluarkannya dari kekafiran. Orang yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah orang yang paling kuat kecintaannya dalam hal hal ini.

Ketiga, kecintaan karena Allah dan di jalan Allah Azza Wa Jalla. Kecintaan ini merupakan syarat dari kecintaan kepada apa yang dicintai oleh Allah (jenis kedua). Mencintai apa yang dicintai Allah tidak akan lurus kecuali jika ia mencintai karena Allah dan di jalan Allah.

Keempat, cinta mendua kepada Allah Azza Wa Jalla. Artinya ia mencintai selain Allah, dan juga mencintai Allah dengan kadar yang sama. Ini merupakan syirik. Setiap orang yang mencintai sesuatu dengan kecintaan yang sama kepada Allah, bukan karena Allah atau di jalan-Nya, maka ia telah menjadikannya sebagai tandingan selain Allah. Inilah jenis kecintaan orang-orang musyrik.

Kelima, kecintaan yang sifatnya manusiawi, kita boleh melakukannya. Yaitu kecenderungan seseorang kepada apa yang disenanginya dan yang sesuai dengan wataknya dan nalurinya. Seperti orang haus mencintai air, lapar mencintai makanan, senang tidur, mencintai isteri, dan anak. Ini bukan cinta yang dicela, melainkan jika telah melalaikan zikir kepada Allah Azza Wa Jalla dan menyibukkan dari cinta kepada Allah.

Lalu, siapakah yang lebih baik dan bahagia hidupnya, ialah orang yang semua kehendak dan cita-citanya bersatu untuk mencapai keridhaan Allah. Orang yang zikir hanya kepada Allah, hanya rindu kepada-Nya. Kemudian inilah yang menguasai kemauan-kemauannya, cita-citanya, dan lamunan-lamunannya. Ia akan diam karena Allah. Jika berbicara ia karena Allah. Jika memukul, ia memukul karena Allah. Bergerak karena-Nya, diam karena-Nya, hidup dan mati karena Allah, dan dibangkitkan karena Allah.

Dalam Shahih Buchari hadist qudsi, Allah berfirman :

“Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang Aku wajibkan, dan senantiasa ia beribadah dengan yang sunnah, keuali Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku pendengarnya yang ia mendengar dengannya, Aku penglihatannya yang ia melihat dengannya, Aku tangannya yang ia memukul dengannya, Aku kakinya yang ia berjalan dengannya. Jika ia meminta kepadaku, maka niscaya Aku akan memberinya, jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, maka Aku akan memberi perlindungan kepadanya. Tidakkah Aku ragu-ragu dalam melakukan sesuatu, jika Aku yang melakukannya, kecuali keraguan-Ku ketika mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman yang benci kematian, dan Aku benci apa yang ia benci”.

Kecintaan seperti inilah yang menyibukkan hatinya untuk tidak memikirkan dan memperlihatkan hal-hal lain, selain Allah, sehingga menguasai ruhnya. Tak ada lagi tempat bagi yang lain dihatinya. Kecintaan inilah yang menguasainya dalam setiap geraknya. Dalam mendengar, melihat berjalan. Allah ada dalam hatinya dan bersamanya. Walah ‘alam.
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/02/11/kaida-h-pro-kontra-serta-sebab-akibat-valentine-day/

Ketahuilah Orang Munafik Gemar Menghinakan Allah

oleh Mashadi

Wajah orang-orang munafik itu penuh dengan permusuhan kepada orang mukminin. Mereka tidak suka melihat orang mukmin itu bahagia, bergembira, dalam kedamaian menyembah Allah Rabbul Alamin. Mereka menghina terhadap Allah, Rasul, dan kitab-kitab-Nya. Itu telah terjadi disepanjang sejarah, dan akan terus terjadi sepanjang kehidupan. Orang-orang munafik akan terus mengobarkan permusuhan kepada mukminin, yang taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan kitab-kitabnya.

Allah Azza WA Jalla berfirman :

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, “Kami telah beriman. Dan bila mereka kembali kepada syetan-syetan mereka, mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka”. (Al-Baqarah : 14-15).

Di masa lalu, ketika masa generasi Shalafus sholeh, kaum munafik ada yang tinggal bersama dalam komunitas kaum mukminin, duduk bersama dalam berbagai majelis mereka. Orang munafik itu berkata, “Aku adalah golongan kalian dan sejalan dengan kalian”. Di saat pergi kepada para pemimpin dari kalangan syetan-syetan yang berwujud manusia dan orang-orang durjana, ia akan berkata kepada mereka, “aku mengucapkan itu karena dangkalnya akal orang-orang mukmin dan kedunguan mereka. Mereka percaya kalau aku berada dalam barisan mereka. Memang aku bersama mereka, tetapi aku menghina mereka, menertawakan mereka.

Gambaran ini betapa kejinya orang-orang munafik itu. Mereka telah memperdaya orang-orang mukmin dengan perilaku mereka, yang seakan-akan mereka berada dalam barisan orang-orang mukmin, tetapi hakekatnya di dalam hati mereka bertujuan ingin menghancurkan orang-orang mukmin. Tipu daya mereka sangat halus, yang tidak nampak dihadapan orang-orang mukmin, karena itu, tak jarang banyak orang mukmin memberikan wala’ (loyalitasnya) kepada mereka. Termasuk ada diantara orang-orang mukmin yang menjadikan orang-orang munafik itu sebagai pemimpin dan penolong mereka.

Terkadang fenomena beberapa kalangan orang yang terpaksa harus duduk bersama orang-orang yang shalih. Atau kalangan mereka dengan suka rela duduk bersama dan berinteraksi dengan kaum mukminin, dan tak jarang orang-orang munafik itu bermanis muka, dan dengan gaya tutur bahasa yang indah untuk mengelabuhi orang-orang mukmin. Sehingga, cara-cara (uslub) itu membuat hati orang-orang mukmin menjadi tergadai oleh sikap orang munafik itu. Namun, ketika bertemu dengan orang-orang yang berperangai buruk,yang memusuhi orang-orang mukmin, maka orang munafik itu berkata, “Aku bersama dengan mereka hanya untuk mengetahui apa yang mereka perbuat, bagaimana mereka menghabiskan waktu-waktu atau mematai mereka”.

Itulah sifat yang amat buruk dari orang-orang munafik terhadap orang mukmin, dan mereka di dalam hati mereka bersemayam kebencian dan permusuhan yang bersifat abadi. Jadi tidak mungkin mengharapkan mereka akan menjadi penolong dan pelindung serta menjaga kehidupan kaum mukminin. Mereka akan selalu berusaha bagaimana membuat orang-orang mukmin itu menderita, dan terus akan melakukan kerusakan.

Seperti Allah Azza Wa Jalla berfirman :

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab “Sesungguhnya kami hanyalah senda gurau dan bermain-main saja. Katakanlan, Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika kami mamaafkan segolongan daripada kamu (lantaran mereka bdertobat), yang lain, disebabkan mereka adalah orang-orang yagn selalu berbuat dosa”. (At-Taubah : 65-66).

Dan, betapa banyak yang mengaku sebagai muslimin yang dengan sengaja memperolok-olok Al-Qur’an, Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, dan hukum syariah, bahkan tidak sedikit diantara mereka malah menghina dan menertawakan kaum mukminin. Orang-orang munafik itu, tak segan bekerjasama dengan musuh-musuh Allah Rabbul Aziz, dan dengan sengaja ikut terlibat dalam menghancurkan dan merusak agama Islam dan kaum muslimin. Tetapi, mereka berlindung diantara para ulama syu’ (jahat), yang sudah berkolaborasi dengan orang-orang manufik demi imbalan materi, yang sedikit, dan mereka tidak takut atas perbuatan mereka yang sudah terang-terangan berani menghina Allah Azza Wa Jalla.

Allah Rabbul Ghaffur, berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. Dan, apabila orang-orang yang beriman berlalu mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan mata. Dan, apabila mereka orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaukmnya, mereka kembali gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat. Padahal, orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir. Mereka duduk diatas dipan-dipan sambil memandang”. (Al-Muthaffifin : 29-35).

Itulah kondisi orang-orang munafik. Mereka mengucapkan sebuah ungkapan yagn bisa merusak dunia dan akhirat mereka. Maka Allah Rabbul Alamin telah mengkafirkan seorang lelaki yagn mengatakan perkataan itu dengan maksud main-main.

Orang-orang munafik itu selalu menunjukkan bermusuhannya dan kedengkian yang terpendam kepada orang-orang mukmin. Semuanya sudah menjadi karakter dasar mereka, dan tidak akan berubah sampai akhir zaman. Jadi tak layak orang-orang mukmin memberikan wala’ mereka kepada orang munafik, bahkan menjadikan mereka sebagai pemimpin. Wallahu’alam.

(mashadi@eramuslim.com)

Memoar Seorang Tahanan Politik Aktivis Hizbut Tahrir Bernama Muhammad Yang Baru Berumur 16 Tahun

Berikut ini adalah peristiwa yang menimpa saya selama berada dalam penjara Otoritas yang zalim dan biadab:

Setelah menyebarkan pernyataan yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir berjudul, “Otorita Palestina Yang Tunduk Kepada Yahudi Menculik Dan Mengadili Para Aktivis Hizbut Tahrir“, pada hari Sabtu, 23/1/2010, saya pulang ke rumah. Dan sebelum saya sampai, aparat keamanan Abbas sudah sampai duluan di rumah. Mereka menyerahkan pemberitahuan kepada ayah saya. Surat pemberitahuan itu berisi, “Anda harus datang ke kantor investigasi kota“. Namun saya tidak menghiraukannya, dan saya pun tidak memenuhi permintaan mereka.

Dua hari kemudian, tepatnya pada hari Senin, 25\1\2010 datang ke rumah saya pasukan militer untuk menangkap saya. Sementara kemarahan tampak sekali pada diri mereka. Secara kebetulan, salah satu dari mereka ini terjatuh pada saat pengepungan rumah, dan pada saat itu pula, pemimpin mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka datang untuk menangkap saya.

Ketika itu saya tidak dalam kondisi siap, saya tidak mengenakan pakaian selain pakaian biasa, dan saya tidak memakai sepatu. Lalu, saya meminta kepada mereka untuk memakai sepatu dulu. Namun, anggota pasukan yang pada marah itu, menolak permintaan saya, bahka mereka menyeret saya ke mobil. Melihat perlakuan biadab mereka ini, maka saya mulai menghardik mereka, dan menyebutnya dengan kata-kata yang memang pantas untuk kebiadaban mereka. Mereka semakin memukuli saya, dan saya pun semakin keras menghardik merekak.

Dan, kemudian mereka memasukkan saya ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, mereka tidak henti-hentinya memukili saya, dengan tangan, kaki, dan gagang senapan mereka. Karena terlalu sakit, maka saya pun menjerit, “Cukuplah Allah bagi saya, dan Dia sebaik-baik wakil dalam melawan kalian,” “Cukuplah Allah bagi saya dalam melawan setiap orang zalim, dan mereka yang murtad.” Namun mereka semakin marah dan jengkel, serta pukulan mereka semakin keras, sehingga mereka mendaratkan gagang senjatanya ke kepala saya, punggung saya, kedua kaki saya, dan kedua tangan saya.

Kemudian mereka membawa saya masuk ke dalam markas keamanan mereka. Saya dipertemukan dengan Direktur Pusat. Dan kemarahannya terlihat jelas di wajahnya. Ia langsung menyemprot saya dengan pertanyaan, “Mengapa Anda tidak segera datang, padahal telah sampai pemberitahuan kepada Anda mengenai keharusan Anda datang di markas ini?Apakah Anda hendak meremehkan Otoritas?” Saya tidak menjawabnya. Kemudian ia mulai menanyakan saya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

“Apakah Anda mengakui Otoritas?”

“Saya tidak akan pernah mengakui legitimasi Otoritas selamanya!” Ia pun semakin marah pada saya.

“Apakah Anda menyebarkan nasyrah atau publikasi?”

“Saya tidak menyebarkan, dan seandainya Anda memberi saya kesempatan, niscaya saya sebarkan. Namun, sayang sekali Anda tidak memberi kesempatan itu pada saya!”

“Siapa yang memberi Anda nasyrah atau publikasi itu?”

“Tidak seorang pun yang memberi nasyrah atau publikasi itu kepada aya.”

Kemuadian, ia kembali lagi ke pertanyaan semula.

“Mengapa Anda tidak mengakui legitimasi Otoritas?”

“Karena Otoritas ini dibentuk berdasarkan kesepakatan Oslo, sementara kesepakatan Oslo batal demi hukum (menurut syariah Islam). Sebab, berdasarkan kesepakatan itu, justru Otoritas telah menyerahkan Palestina kepada Yahudi, dan ini merupakan perbuatan haram. Sehingga setiap yang dibangun di atas sesuatu yang haram, maka ia juga haram, dan tidak sesuai syariah (ilegal). Oleh karena itu, bagaimana mungkin saya mengakui legitimasi sesuatu, sementara Allah tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang sah, dan bagaimana mungkin saya menentang perintah Allah.”

“Kemudian lihatlah tindakan Otoritas Anda, yang melakukan koordinasi keamanan dengan Yahudi; mengejar setiap orang yang ikhlas; sementara kondisi Anda sekarang justru Anda lebin mengutakana berdamai dengan Yahudi dan menjaga keamanannya, dari pada memerangi negara Yahudi, menendangnya, dan mencabut pemukiman dari akarnya, bahkan Anda menerima pembekuan pembangunannya hanya untuk sementara saja; lalu Anda mengabaikan pengembalian para pengungsi ke rumah mereka, bahkan Anda menjadikannya hanya hak untuk kembali, yang bisa saja diganti dengan kompensasi; dan setelah Anda menembaki (memerangi) Yahudi, justru Anda sekarang menandatangani perjanjian di mana Anda melarang setiap orang menembaki (memerangi) Yahudi, bahkan tidak hanya melarangnya tetapi juga menangkapnya, memenjaranya, dan tidak jarang hingga Anda membunuhnya. Kemudian, Anda menginginkan saya mengakui legitimasi semua ini, bodoh benar!!”

Ia semakin marah bahkan hingga batas yang tidak wajar. Ia tidak lagi menanggapi argumen dengan argumen, sebaliknya ia menghardik dan berteriak dengan mengeluarkat kata-kata kotor, menghina dan mencaci Hizbut Tahrir, para aktivisnya, dan amirnya. Sehingga saya tidak lagi menemukan kata-kata yang lebih buruk untuk menanggapinya.

Tidak lama kemudian, ia memanggil para algojonya. Mereka mendudukkan saya di atas kursi. Dan ia pun kembali menampari saya beberapa kali. Sementara para algojonya menjadikan tangan saya di belakang kursi, dan menariknya dengan kuat, hingga saya merasa bahwa tangan saya hampir patah. Ia berteriak, “Apakah Anda mengakui legitimasi Otoritas?” Saya juga berteriak, “Tidak! Saya tidak akan pernah mengakuinya!” Kemudian saya katakan kepadanya, “Bagaimanapun usaha Anda mengintimidasi saya dan memukuli saya, semua sia-sia saja. Sebab, saya tidak akan pernah mengakui legitimasi Otoritas, dan tidak akan pernah keluar dari Hizbut Tahrir, yang merupakan denyut nadi darah saya, bahkan seandainya Anda memotong pembuluh darah saya, niscaya Anda akan melihat darah murni Hizbut Tahrir yang mengalir, dan sekali lagi saya katakan bahwa saya tidak akan pernah keluar dari Hizbut Tahrir, sebab Hizbut Tahrir ada di atas kebenaran, sementara Anda ada di atas kebatilan dan kesesatan, pemikirannya benar dan metodenya sesuai syariah.”

Kemudian pemukulan berhenti, dan saya pun diseret ke ruang investigasi, yang tampak tenang. Lalu, diajukan kepada saya beberapa pertanyaan, tentang nama saya, umur saya, alamat rumah saya, apa yang saya lakukan, dan apakah saya aktivis Hizbut Tahrir atau bukan. Saya menjawab semua pertanyaan itu. Kemudian, ia bertanya tentang penyebaran nasyrah (publikasi). Saya jawab, “Saya tidak melakukan, seandainya Anda memberi saya kesempatan, niscaya saya lakukan.” Kemudian, ia bertanya pada saya tentang siapa yang memberikan nasyrah (publikasi) itu pada saya. Saya tidak menjawab apa yang ia tanyakan.

Setelah selesai investigasi itu, kemudian saya dimasukkan ke dalam ruang tahanan. Dan pada akhir malam, Direktur Pusat datang ke ruang tahanan didampingi pasukan pengawal untuk menanyakan tentang pengakuan saya atas legitimasi Otoritas. Namun jawaban saya tidak berubah. Kemudian, ia bertanya pada saya, “Apakah Anda yakin dengan apa yang ada dalam nasyrah (publikasi) itu?” Saya mengatakan kepadanya, “Saya sangat yakin seyakin-yakinya, bahkan saya meyakinkan setiap hurup sekalipun yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir sejak 1953. Sehingga bagaimanapun usaha Anda pada saya, dan Anda menyiksa saya, maka Anda sama sekali tidak akan pernah mampu menggoyah dan mengalahkan keyakinan saya.” Mendengar itu, wajahnya tampak merah dan sangat marah. Kemudia, ia dan para pengawalnya memukuli saya berkali-kali dengan keras.

Dan pagi harinya, mereka memindah saya ke Markas Besar Investigasi di kota al-Kholil (Hebron). Ketika kami sampai di sana, saya meminta untuk dibawa ke tempat layanan medis. Dan sayapun benar-benar pergi ke sana. Sehingga saya berhasil bertemu ibu saya yang sedang sakit untuk meyakinkannya bahwa saya baik-baik saja. Kemudian saya berkata kepadanya, “Jangan pernah datang ke sini lagi, dan menemui seseorang di antara bajingan-bajingan di sini. Saya baik-baik saja, dan jangan khawatir tentang keadaan saya.”

Kemudian, saya dimasukkan ke ruang investigasi, lalu ia bertanya kepada saya:

“Siapa yang memberi Anda publikasi-publikasi itu? Dimana Anda menyebarkannya, dan berapa jumlahnya? Apakah Anda yakin dengannya? Mengapa Anda mencaci kami?”

Saya menjawab tidak seperti yang ia inginkan. “Saya tidak menyebarkan apa-apa. Dan Anda tidak memberi saya kesempatan untuk menyebarkannya. Sekiranya Anda memberi saya kesempatan untuk menyebarkannya, tentu saya melakukannya. Dan saya sangat yakin seyakin-yakinnya dengan isi publikasi itu; dan jumlahnya 6. Oleh katena itu, kami katakan apa yang dapat kami katakan terkait Otoritas bahwa Otoritas ini begitu rendah dan hinanya di mata kaum kafir pendudukan, mengingat satu jeeb saja di antara jeeb-jeeb Yahudi telah membuat Anda bersembunyi di markas Anda. Dan inilah faktanya, baik Anda akui atau tidak.”

Lalu, ia berkata kepada saya bahwa teman Anda, Abdullah telah mengakui tentang Anda. Ia berkata bahwa ia yang telah memberikan Anda nasyrah (publikasi) itu. Saya katakan bahwa perkataan itu sama sekali tidak benar. Dan seandainya Abdullah mengakui sekalipun, maka Anda tidak akan bisa membuat saya mengakui tentang seorang pun. Bahkan sekalipun Abdullah datang dan berkata, “Saya yang memberi Anda nasyrah (publikasi) itu”, maka saya tetap tidak akan mengakui tentang seorang pun. Untuk itu, pertemukan saya dengan teman saya supaya kita tahu siapa yang dusta. Kemudian mereka menghadirkan teman saya, dan mereka berusaha menyakinkan di anrara kita. Dimana saya melihatnya bahwa mereka berkata kepada teman saya bahwa saya telah mengakui tentang dia. Namun, justru aebuah kebenaran yang tampak ketika kami dipertemukan. Posisi mereka sungguh tersudut dan memalukan, sebab teman saya justru berkata kepada mereka, “Bahwa Anda benar-benar kaum pendusta.”

Kemudian, ia meminta saya untuk menandatangani sebuah perjanjian, namun saya menolak. Pada saat itu, ada beberapa paman saya yang datang mengunjungi saya, dan menyakinkan saya. Tampaknya mereka telah menerima sebagian dari kezaliman, yang disampaikan kepada mereka, bahwa mereka akan membebaskan saya jika saya telah menandatangani perjanjian.

Ketika pertemuan berlangsung, maka paman-paman saya berkata kepada saya, “Wahai keponakan, ingat ibumu sedang sakit karena keberadaanmu di penjara, maka janganlah kamu menambah beban dan penderitaannya. Kamu tinggal menandatangani perjanjian ini, dan pergi bersama kami.” Saya berkata kepada mereka, “Janganlah kalian menekan saya, sebab ibu saya baik-baik saja. Saya ingin kalian mendukung dan meneguhkan sikap saya, dari pada kalian menekan saya. Sungguh! Saya tidak berharap sikap seperti ini datang dari kalian! Dan ingat! Selamanya saya tidak akan pernah menandatanganinya, sekalipun saya sampai busuk di dalam penjara.” Salah seorang paman saya berkata, “Jika ini yang kamu inginkan, maka bertawakkallah pada Allah, niscaya Allah pasti melindungimu.”

Kemudian, setelah sehari, saya dipindahkan ke penjara remaja. Dan di penjara ini saya tinggal selama dua hari tanpa dilakukan investigasi apa pun, kecuali suatu usaha pada hari terakhir yang dilakukan oleh direktur penjara remaja untuk meyakinkan saya agar menandatangani sebuah perjanjian hingga akhir cerita. Namun, semuanya tidak ada yang berhasil menyakinkan saya.

Dua hari kemudian, saya dipindahkan ke Jaksa Militer di pusat kota. Dan saya tinggal bersama mereka selama tiga hari. Mereka menginvestigasi saya lebih dari sekali dan dengan pertanyaan yang sama. Salah satunya adalah pertemuan dengan Jaksa (Penuntut Umum) Militer. Di mana ia menanyakan beberapa pertanyaan kepada saya, seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Namun, ia berbeda dari yang lain, sebab ia begitu tenang, sampai ia bertanya pada saya tentang sejauh mana keyakinan saya terhadap Hizbut Tahrir yang saya menjadi anggotanya. Saya menjawab bahwa saya terlah bergabung dan menjadi anggota partai yang agung, pemikirannya jelas, metodenya dikenal dan sesuai syariah; Hizbut Tahrir mengemban kebaikan Islam untuk semua manusia; Hizbut Tahrir bekerja dengan sekuat tenaga dan tekad yang kuat untuk menyelamatkan manusia dari kesengsaraan; dan suatu hari nanti Hizbut Tahrir yang agung ini juga akan menjadi penyelamat bagi Anda dari kehinaan yang Anda buat sendiri. Mendengar itu, ia pun sangat marah. Dan ia mulai mencaci Hizbut Tahrir, amirnya, dan para aktivisnya. Sikapnya itu telah membakar kemarahan saya, maka saya membalasnya melebihi apa yang ia katakan. Ia semakin marah, bahkan ia mengancam kelanjutan pendidikan saya dan masa depan saya. Kemudian, ia memerintahkan penjara 15 hari bagi saya. Dan kemudian mereka membawa saya kembali ke penjara.

Kemudian mereka kembali membawa saya kepadanya. Ia mulai bersumpah dan mengancam hingga saya menandatangani perjanjian. Namun, saya tidak menanggapinya dan tidak mempedulikannya. Kemudian ia berkata, “Sungguh, saya akan memaksa Anda untuk menandatanganinya.” Saya tetap tidak mempedulikannya. Kemudian, ia memanggil 6 orang pengawalnya. Ia meminta mereka untuk mendudukkan saya di atas kursi, yang 4 orang memegang tangan kiri saya dan menariknya ke belakang punggung saya, sementara yang 2 orang berusaha menaruh pena di tangan saya, namun saya melawan dan menggenggam tangan saya erat-erat hingga pena tidak dapat masuk. Dan Alhamdulillah, mereka tidak berhasil.

Selanjutnya, datang Wakil Jaksa (Penuntut Umum), dan membawa saya ke dalam ruang yang lain. Ia mengatakan kepada saya bahwa ia tidak setuju dengan metode kekerasan yang digunakan terhadap saya untuk memaksa saya menandatangani perjanjian. Ia mulai berbicara dengan kata-kata yang manis dalam upaya untuk meyakinkan saya agar mau bertanndatangan, seperti perkataannya, “Ini bukan apa-apa, ini hanya sekedar kertas yang tidak penting.” Ia menyodorkan kertas kepada saya agar saya menandatanganinya. Saya membacanya, dan saya berkata, “Saya tidak akan pernah bertandatangan.” Kemudian, ia menyodorkan kertas lain, dengan cara lain, lalu saya katakan, “Saya tidak akan pernah bertandatangan.” Kemudian, ia berkata kepada saya, “Bertandatanganlah di atas kertas putih ini!” Saya berkata, “Subhanallah! Saya tidak mungkin menandatangani sesuatu yang tidak jelas?”

Kemudian ia menyodorkan kertas putih kepada saya, dan berkata, “Tulislah apa yang Anda inginkan, lalu tandatanganinya.” Saya merobek kertas itu. Kemudian, ia memberi saya kertas lain, dan berkata kepada saya, “Berpikirlah! Tulislah apa yang Anda inginkan, lalu tandatanganinya.” Saya pun berpikir. Lalu saya menulis di atas kertas itu teks berikut ini:

“Saya yang bertanda tangan di bawah ini, fulan bin fulan, dari kota ini, tinggal di tempat ini, diantara syabab (aktivis) Hizbut Tahrir, dimana saya begitu bangga dapat bergabung dengannya. Saya memutuskan bahwa saya akan tetap bergabung dengan Hizbut Tahrir, melakukan dakwah kepada kebaikan (Islam), amar makruf nahi mungkar, melakukan perjuangan politik, serangan pemikiran, serta akan selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan Hizbut Tahrir dan aktivitasnya, seperti masirah (unjuk rasa), dan sebagainya.” Dan kemudian saya menandatanganinya.

Ia memperhatikannya, kemudian ia tampak mengahapus beberapa hal yang aku tidak tahu maksud dari tindakannya.

Kemudian setelah itu baru ia memerintahkan untuk melepaskan saya. Mereka membawa saya ke sebuah kota yang saya tidak mengenali jalannya. Saya tidak tahu bagaimana saya pergi dan ke mana saya harus pergi. Sementara, saya tidak ada uang sama sekali untuk ongkos naik kendaraan untuk pulang kembali ke kota saya. Sehingga akhirnya Allah mengirim orang baik kepada saya untuk membantu saya pulang kembali ke rumah saya.

Inilah apa yang terjadi pada saya. Dan hanya kepada Allah, saya memohon pahala, ampunan, kesehatan, dan kekuatan.

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 10/2/2010.