23 Sep 2010

Semua Laki-laki Berpotensi Poligami


Poligami terbukti bukan milik golongan tertentu. Semua orang, apapun agama, suku atau profesinya mempunyai potensi untuk melakukan poligami, seperti sinshe terkenal di Medan, Sumatera Utara ini.

Di Medan, ada sinshe yang sangat terkenal. Dan bukan mustahil hampir semua orang di kota yang riuh dengan 'becak mesin' ini mengenal sinshe ini dengan baik. A Hok (47), demikian nama ahli sinshe itu. Tempat tinggal sekaligus tempat prakteknya di Jalan Emas 65D, Simpang Sutrisno, adalah referensi bagi orang di Medan jika ingin mencari kesehatan sekaligus kesegaran dan kebugaran tubuh. Itu karena A Hok adalah sinshe yang punya keahlian dalam pijat urat syaraf.

Di Medan, A Hok punya banyak relasi dengan dokter-dokter neurolog (syaraf). Seringkali para dokter ini meminta A Hok turut menangani pasien mereka, apalagi di Medan dokter yang ahli di bidang ini masing jarang. Sudah banyak orang yang bermasalah dengan syaraf sembuh setelah disentuh tangan A Hok.

Banyak orang terkenal di Medan yang mempercayakan kesehatan dan kebugaran tubuhnya ditangani A Hok. Salah satunya adalah Puspo Wardoyo. A Hok mengaku, sudah dua tahun terakhir ini berteman dan turut andil dalam perawatan tubuh Puspo. "Makanya bos Ayam Bakar Wong Solo itu terlihat segar terus meski mobilisasinya tinggi," kata A Hok.

Selain profesi sinshe yang membuatnya terkenal, A Hok juga sering jadi buah bibir orang Medan karena ia adalah pelaku poligami yang sukses dengan dua istri.

Bagi A Hok, dirinya cukup diketahui punya dua istri. "Lebihnya itu rahasia saya," jawab A Hok sambil terbahak. Bagaima dengan sikap 'adil' yang sering dikaitkan dengan poligami? "Ah, adil itu jangan sekali-kali dikatakan sulit karena akan sulit, tapi katakan itu mudah, pasti dimudahkan. Yang penting adalah kebijaksanaan suami dan para istri, meskipun istri-istri saya belum mau bertemu dan tak akan pernah mau bertemu. Tapi yang terpenting semua saling mengetahui dan menyetujui," demikian jelas A Hok.Menjalani kehidupan poligami secara terbuka di kalangan masyarakat Tionghoa seperti A Hok, bisa jadi merupakan anomali. Tapi bagi pria yang terlihat lebih muda dari usianya ini, poligami merupakan suatu keniscayaan bagi orang seperti dirinya.

Untuk lebih jelas, bagaimana ia menjali kehidupan poligami, simak penuturan A Hok kepada Tabloid Poligami berikut ini.

Meski agama yang saya anut (Budha -red) tidak ada tradisi poligami, tapi kecenderungan kelaki-lakian saya untuk beristri lebih dari satu tidak bisa dibendung. Dan saya yakin, semua laki-laki, apapun agama atau sukunya, punya perasaan yang sama seperti saya, karena ini merupakan karunia Tuhan. Maka lebih baik kawin lagi daripada jajan, sudah nggak enak, dosa lagi! Jadi, jangan takut atau malu mengaku berpoligami.

Tidak sedikit orang beranggapan, bahwa profesi seperti saya ini suka berselingkuh. Tapi menurut saya, berselingkuh adalah sifat sangat tercela. Tapi sebagai manusia normal, saya juga tidak bisa menampik jika suatu waktu saya akan terjerumus dalam kenistaan itu. Karenanya, dengan berpoligami saya yakin bisa bebas dari sifat tercela itu. Ada juga orang yang mengatakan, saya berpoligami karena ikut-ikutan teman baik saya, Puspo Wardoyo. Padahal poligami sudah saya lakoni jauh sebelum mengenal Puspo.

Saya menikah dengan istri pertama pada tahun 1980. Kehidupan kami saat itu sulit sekali, bahkan tinggal pun di rumah kontrakan yang sempit. Tapi kehidupan kami berubah ketika saya menikah dengan istri kedua pada tahun 1995. Mungkin istri kedua saya ini membawa hoki. Kini saya mampu memberikan kedua istri saya itu rumah yang layak.

Pada masa-masa awal kehidupan poligami, saya memang merasa agak sulit mengatur para istri. Itu karena mereka masih saling cemburu. Tapi saya memandang ini suatu kewajaran, karena cemburu adalah salah satu sifat dasar perempuan. Namun, lama-kelamaan kedua istri saya mampu menerima situasi ini walaupun mereka belum dan tak akan bertemu. Kesimpulannya, sifat menerima itu bisa tercipta meskipun diawali dengan keterpaksaan.

Orang bilang, menikah itu sah kalau memenuhi syarat-syarat administrasi seperti surat-surat dan sebagainya. Bagi saya, itu tidak perlu. Karena yang diperlukan dalam pernikahan adalah tanggung jawab. .

Sebenarnya, jujur saja, poligami dalam masyarakat Tionghoa itu bukan lagi rahasia. Itu sebabnya, Nia Dinata mengangkat kenyataan ini dalam filmnya yang berjudul 'Berbagi Suami'. Tapi saya bukan type Koh Abun dalam film itu yang menjalani kehidupan poligami dengan kurang baik karena takut pada istri. Akhirnya seperti kebanyakan orang yang selalu harus menceraikan istri kedua. Dan biasanya itu disyaratkan istri pertama untuk memilih salah satu, cerai atau istri pertama mengundurkan diri.
Saya orang yang bertanggungjawab dan selalu berusaha untuk bijaksana. Karena itu tak usah heran kalau melihat kedua istri saya taat pada saya. Kepada saya orang sering bertanya, berapa anak yang saya punya. Saya bilang, kalau soal anak jangan tanya saya, tanyakan pada dua istri saya. Kalau soal jumlah istri, baru bertanya pada saya. Sering juga, secara berkelakar orang bertanya, apa "obat kuat" yang saya pakai. Untuk ini jawaban saya, bukan apa obatnya, tapi lihat siapa yang "berbaju biru? pasti dijamin joss!


MANISNYA MADU


Ketika tekhnologi dirgantara Indonesia masih bersinar terang di bawah institusi ernama IPTN, ada satu nama yang paling sering disebut dan dipuji B.J. Habibie, yakni Dr. Ing. Gina Puspita. Itu karena perempuan asal Bogor, Jawa Barat ini merupakan satu-satunya perempuan ahli struktur pesawat terbang yang dimiliki Indonesia kala itu.

Dr. Ing. Gina Puspita adalah salah satu muslimah lulusan terbaik dari Jerman. Citranya sebagai ahli struktur pesawat terbang makin berkilau tatkala ia menikah dengan Dr. Ing. Abdurrahman R. Effendi, juga ahli pesawat lulusan Jerman. Sebelumnya, Gina tercatat sebagai pelajar Indonesia pertama yang lulus dari universiti kejuruteraan pesawat terulung dunia, Ecole National Superieure de l'Aeronautique et de l'Espace (Ensae), di Toulouse, Perancis. Jauh sebelum ia dikenal sebagai ahli pesawat, ketika masih kuliah di ITB, Gina sudah dikenal sebagai aktifis dakwah kampus.

Sayang, politik di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir ini tidak mendukung perkembangan industri pesawat terbang nasional yang berada di Bandung itu. Akibatnya, ratusan ahli-ahli pesawat yang dimiliki negeri ini hengkang ke luar negeri. Mereka kini tersebar dan menjadi orang-orang penting di berbagai industri pesawat kelas dunia, seperti Boing, Fokker, Airbus dan lain-lain.

Tak terkecuali, Gina dan suaminya. Mereka kini lebih aktif di Malaysia. Di negeri jiran ini, seperti yang pernah diakuinya, Gina dan suami tetap rajin "kutak-katik" pesawat. "Tapi pesawat yang kami buat sangat besar dibandingkan pesawat di IPTN selama ini," tutur Gina, suatu saat.

Pesawat apa itu? "Kami bersama teman-teman di Rufaqa, berikhtiar membuat "pesawat terbang" yang penumpangnya umat manusia di dunia. Bersama pimpinan kami, Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi, sejak 1997 digelar aktivitas perniagaan berdasarkan syariat Islam," ujar Gina seperti yang pernah ditulis berbagai media tahun lalu.

Kini, belum sampai 10 tahun, syarikat Rufaqa telah berkembang meliputi perniagaan, pendidikan, teknologi, penerbitan, media, percetakan, supermarket, dan sebagainya. Dewasa ini bisnis Rufaqa sudah beroperasi di lebih dari 20 negara, dinataranya di Perancis, Jepang, Arab Saudi, Uzbekistan dan banyak negara lagi.

Di Indonesia, Rufaqa merintis sebuah komunitas di kawasan Bukit Sentul sejak awal tahun 2004. Meski masih berjumlah puluhan rumah atau keluarga, namun di sini sebuah kekuatan ekonomi sosial sedang menggeliat. Contoh saja, di cluster Victoria, ada dua blok ruko yang mereka tempati. Di sini sedang beroperasi toko kelontong, rumah makan, penerbitan dan vidio. Sedangkan usaha-usaha lainnya masih dalam tahap memulai.

Dalam komunitas Rufaqa, semua berjalan wajar dan biasa-biasa saja. Mungkin hanya geliat ekonomi yang boleh dikatakan anomali bagi sebuah organisasi sosial Islam di Asia Tenggara. Yang unik, mungkin, hampir semua pemimpin dan jamaah Rufaqa mengamalkan poligami.

Poligami -seperti yang ditulis suami Gina, Dr. Ing. Abdurrahman R. Effendi- tak sekadar jalan keluar bagi laki-laki dan penyelamat wanita. Juga menjadi satu cara mendidik para pejuang, pemimpin, dan wanita menuju takwa. Poligami juga adalah salah satu cara membangun kebesaran Islam.

Dr. Ing. Gina Puspita sendiri hidup bersama tiga madunya, yakni; Basiroh, Salwa dan Fatimah. Lalu, bagaimana pandangan para Dr. Ing Gina soal poligami? Berikut rangkuman penuturannya.

Oleh karena tidak sanggup berpoligami, baik karena lemah iman (bagi wanita) atau takut istri, ada yang berani dan berusaha menghalang poligami. Berbagai macam hujah dan dalil diciptakan untuk memperkecilkan poligami

Bencinya mereka pada poligami melebihi kebencian pada pelacuran dan perzinaan atau hidup kumpul kebo yang umum dalam masyarakat. Lalu, mereka berjuang menghalangi poligami tapi tidak berbuat demikian pada pelacuran dan perzinaan.

Tambah dahsyat halnya dengan perempuan yang tidak peduli dengan suami. Pagi-pagi sama-sama keluar bekerja, pulang sama-sama letih dan sama-sama berkelompok. Kelompok yang bercorak women's lib yang dasarnya perempuan diajak menjadi seperti laki-laki. Mereka sanggup mengabaikan suami. Siang ada rapat, malampun ada rapat. Ke sana ke mari tanpa ijin kepada suami.

Bila disebut poligami, golongan perempuan yang beginilah yang sangat menentangngnya, paling keras bahkan ke tahap mau membuat undang-undang untuk menghalangi poligami. Mereka selalu bersembunyi dibalik alasan-alasan seperti kasih sayang tercemar, kekerasan terhadap perempuan, anak-anak terlantar atau ketidakadilan dan sebagainya.

Mereka tidak berpikir kalau suami memerlukan layanannya. Sehingga suami merasa kekosongan dalam hidupnya. Kalau suami itu kepala kantor, perempuan di kantor lebih pandai mengambil hatinya daripada istri di rumah. Dalam keadaan itu bila suami minta menikah lagi dia tidak ijinkan. Dengan alasan dia tidak mau kasihnya terbagi. Padahal sudah lama kasih suaminya terbagi, akibat perbuatan dirinya.

 

Poligami Karena Allah

Seorang istri yang menghalangi suami menikah, padahal suaminya mampi, adalah istri egois, karena terlalu banyak melayani cinta nafsu. Sebab, bila suami sudah ada hati untuk menikah lagi, bermakna suaminya sudah ada keinginan pada perempuan lain selain dirinya. Seandainya keinginan itu tidak terpenuhi, dihalangi oleh istri, suami itu sudah mulai liar dan tawar hati dengan istrinya. Dirasanya istrinya tidak paham jiwanya, tidak membantu menyelesaikan masalahnya. Jika hal ini terjadi, hubungan suami istri mulai cacat sedikit demi sedikit.

Seandainya istri memahami, malah mendorong hasratnya, maka cintanya akan bertambah. Kepercayaan­-nya, kasih sayang dan rasa terhutang budi akan melimpah ruah pada istrinya. Dan sekurang-kurangnya dia berjanji pada dirinya, "Aku tidak akan sia-siakan pengorbanan istriku."

Apa yang dicemaskan? Kasih yang terbagi, dan malam yang terpaksa digilirkan? Tanpa poligami pun belum tentu suami kita mengasihi kita seratus persen. Dan tidak ada jaminan yang setiap malam adalah "malam pengantin" antara kita dengannya.

Takut kekurangan harta atau ekonomi rumah tangga berantakan? Atau cemas diri tidak dipedulikan? Apa jaminan bahwa tanpa poligami kita kaya, dan akan selalu dimanjakan? Berapa banyak orang yang tidak berpoligami pun kocar-kacir rumah tangganya, selalu berpisah, papa, dan terbiar. Malah orang yang berpoligami, hidup mereka kaya dan bahagia. Malah secara kasar, menurut laporan pengadilan agama, kebanyakan masalah cerai adalah diantara suami istri yang monogami.

Allah membenarkan poligami, dan suami kita suka sekali, tapi nafsu kita sangat membencinya. Artinya kita berada dalam satu medan perang yang sengit. Kita hendak menjinakkan nafsu kita agar menerima sesuatu yang dirasa sungguh pahit. Bagaimana?

Mula-mula kita pahamkan diri kita bahwa Allah tidak bermaksud menyiksa wanita dengan membenarkan poligami. Allah punya maksud baik dan penting untuk keselamatan hidup kita di dunia dan akhirat. Tapi ingat, kehendak Allah itu sangat bertentangan dengan kehendak nafsu kita.

Nafsu kita sangat cinta pada dunia, sedangkan Allah menyuruh kita cinta pada akhirat. Nafsu ingin agar suami itu milik kita seorang sedangkan Allah mau kita cinta kepada-Nya dan cukup dengan Dia saja. Sebab akhirat itu jauh lebih baik dan lebih indah daripada dunia, dan Allah itu jauh lebih hebat daripada suami kita.

Dunia yang kita buru bukan menunggu, tapi semakin lari dari kita. Suami yang kita cintai mau tambah lagi satu istri atau mungkin lebih. Rumah yang kita sayangi kian usang, tiba waktunya akan musnah. Pakaian yang kita sukai kian lusuh dan koyak. Anak-anak yang kita kasihi kian membesar dan kian jauh dari kita. Apa pun isi dunia yang kita rindui dan kita idam-idamkan semuanya akan tinggalkan atau ia akan meninggalkan kita. Semuanya kian rusak dan binasa.
Kita cinta dunia tapi dunia tidak cinta pada kita. Kita buru dunia tapi dunia tidak buru kita bahkan dunia tipu kita. Darso Arief Bakuama


Oleh: Dr. Ir. Eng. Gina Puspita

Seperti Fir'aun

Seperti yang kita tahu, Firaun adalah orang yang paling berani melawan Tuhan (Allah) dalam catatan sejarah umat manusia. Pada suatu hari, atas saran para dukunnya, Firaun memerintahkan semua bayi laki-laki yang dilahirkan oleh Bani Israil di Mesir harus dibunuh tanpa kecuali.
Allah SWT kemudian mewahyukan kepada Isteri Imran yang baru saja melahirkan bayi bernama Musa, agar menghanyutkan bayinya ke sungai Nil.
Singkat cerita, bayi Musa itu ditemukan oleh Asiah (isteri Firaun) di sungai Nil, dan dibawa kehadapan Firaun. Asiah berkata: "Aku menemukan bayi ini di sungai Nil, dan aku jatuh hati padanya serta ingin memelihara dan membesarkannya".
Firaun, setelah melihat sekilas kearah bayi itu, dan yakin bahwa bayi itu dari Bani Israil karena ia dibungkus dengan kain tenunan Bani Israil, menjawab, "Jika itu kehendakmu, dan merupakan kesenanganmu, maka terserah saja, aku tidak berkeberatan".
Bayangkann saja...!!! Firaun yang berani menentang Allah sekalipun, tetapi justru tidak berani menolak keinginan isterinya.
Jadi kalau ada diantara manusia lain, termasuk mungkin diantara anggota Anda yang sedang mengunjungi web ini, yang takut sama isteri untuk menikah lagi alias berpoligami, ya tidak mengherankan, wong, Firaun saja takut koq sama isterinya.

Soal Poligami, Mari Bertanya pada Nurani

Poligami dalam Islam adalah rahmat Allah yang besar. Tapi sayangnya, sebagian orang dimasa sekarang menolaknya dengan keras. Penetrasi pemikiran (fikroh) sekuler, liberalisme dan feminisme telah mengaburkan pemahaman tentang poligami dalam Islam. Akhirnya, sebagian orang secara membabi-buta menolak poligami.

Sebelum memahami persoalan poligami, sudah sewajarnya kita mempelajari definisi, sejarah dan tujuan poligami itu sendiri. Tidak hanya pandai menolak dan gebyah-uyah mendangkalkan kebaikan yang ada pada poligami itu sendiri. Dengan pemahaman yang memadai, diharapkan dukungan dan penolakan terhadap poligami benar-benar lahir dari sebuah jawaban rasional.

Selain istilah poligami, dikenal istilah poligini. Poligini adalah menikahi wanita lebih dari satu dalam waktu bersamaan. Poligami memiliki makna yang sama dengan poligini. Perbedaannya, dalam poligami jumlah wanita yang boleh dinikahi dibatasi. Sedangkan poligini tidak membatasi jumlah wanita yang boleh dinikahi. Kebanyakan orang hanya mengenal poligami tanpa mengetahui bahwa istilah poligami hanyalah turunan dari istilah poligini. Sehingga poligini yang sering dilihatnya, dikiranya poligami. Bagi orang yang berlatar belakang pendidikan Matematika dan Hukum, mereka memandang penting perbedaan definisi ini.

Selain soal batasan jumlah wanita yang boleh dinikahi, perbedaan poligini dan poligami lebih banyak menyangkut maksud dan tujuan diberlakukannya poli-poli tersebut. Poligini muncul bertujuan untuk menyalurkan libido lelaki yang secara fitrah memang lebih besar daripada libido kaum hawa. Bukan kemauan para lelaki memiliki libido besar, tapi 'sudah dari sononya' begitu. Secara biologis, produksi sperma manusia berlangsung terus menerus tanpa henti sejak akil baligh hingga ajal menjemputnya. Sedangkan produksi ovum perempuan bisa beristirahat tiap bulannya (menstruasi). Bahkan perempuan memiliki masa menapause.

Perempuan patut bersyukur bisa melakukan haid untuk mengeluarkan sel telurnya yang tidak dibuahi. Tanpa diniatkan dan nafsu apapun, haid akan berlangsung dengan sendirinya. Tak ada wanita kebeled haid, seperti kencing. Sedangkan lelaki hanya bisa mengeluarkan sel spermanya melalui dua cara: onani dan sex. Ada dentuman hormon, emosi dan jiwa yang memaksa sperma dikeluarkan. Jika ditahan, penyakit kelenjar prostat siap menanti. Bersyukurlah wahai para wanita!

Sedangkan poligami memiliki maksud mengatasi persoalan sosial yang muncul dari poligini; yaitu kehormatan, keturunan, dan keadilan. Pertama, mengangkat kehormatan perempuan menuju perikatan suci yaitu pernikahan. Kedua, menjaga silsilah keturunan dan masa depan keturunan deri persoalaan budaya, sosial, dan ekonomi. Ketiga, menegakkan keadilan ekonomi dan biologis diantara para perempuan yang dipoligini.

Sejarah peradaban manusia diwarnai dengan praktek poligini dimana-mana. Praktek poligini dapat terjadi pada sistem sosial patrilineal (ayah) maupun matrilineal (nenek-mamak). Para nabi dalam agama samawi juga mempraktekkan poligini, tetapi poligini dalam arti poligami, bukan poligini an-sich.

Hanya dua peradaban dalam sejarah peradaban dunia yang sama sekali tidak pernah mempraktekkan poligini yaitu Romawi Kuno dan Yunani Kuno; akar dari sejarah peradaban Eropa modern. Tetapi sejarah mencatat, di dua peradaban yang menentang poligini itulah, praktek pelacuran, perzinahan dan perselingkuhan meraja lela. Monogami hanyalah praktek hukum diatas kertas. Kebutuhan sosial poligini ditoleransi dengan praktek pelacuran, perzinahan dan perselingkuhan. Disanalah wanita hanya dijadikan simbol cinta, disanjung dan dinomersatukan, tanpa diperhatikan harga dirinya.

Poligami lebih mulia daripada poligini. Asumsi awal praktek poligami sebenarnya adalah monogami. Tapi menimbang kebutuhan sosial dan biologis manusia, ada perbaikan sistem poligini, yaitu poligami. Poligami memang hanya dikenal dalam ajaran Islam. Diluar Islam, mereka justru mempraktekkan poligini.

Yang dewasa ini terjadi adalah praktek poligini, atau poligami yang disalahartikan. Mereka menggunakan dalil 'toleransi berpoligami' untuk menikah lagi secara bebas. Padahal untuk mengambil keputusan berpoligami, semestinya para lelaki memahami dengan baik syarat yang ditetapkan oleh Allah : Adil! Para lelaki tidak boleh cenderung pada istri yang lebih muda sehingga menimbulkan ketidakadilan ekonomi.

Konsep ketidakadilan dalam keluarga ini bukan berasal dari Islam, tapi dari negeri pendukung monogamy : yaitu Eropa (Barat). Di Eropa sering terjadi ketidak-adilan ekonomi dalam keluarga karena mereka memang tidak mengatur soal internal bahtera rumah tangga. Di Barat, harta suami adalah miliknya sendiri, dan ia bebas memberikan kepada siapapun yang ingin dia berikan. Itulah sebabnya, wanita Barat terkadang harus berjuang sendiri untuk menjaga ketahanan ekonominya, sebab lelakinya memang tidak bertanggung jawab penuh soal perekonomian keluarga.

Di Barat, konsep keluarga hanya didasarkan pada konsep 'cinta'. Laksana Pangeran Cupid yang mendambakan Dewi Venus atau tragedi cinta St. Valentine. Nyaris seluruh catatan sejarah peradaban Yunani dan Romawi Kuno dipenuhi dengan episode soal Cinta. Konsep cinta tunggal inilah yang dikemudian hari diterjemahkan dalam konsep monogami. Pernikahan bagi orang Barat, bukanlah bertujuan pembentukan keluarga, tapi peresmian cinta.

Jangan Dewakan Cinta

Eropa berusaha melakukan expansi konsep monogami mereka dengan memaksa kaum muslimin menerima konsep monogami dengan dalih ketidakadilan, gender dan feminisme. Padahal dalam Islam tidak ada persoalan gender; sementara konsep poligami dalam Islam sudah ditata dalam konsep keadilan Islam.

Demi tujuannya itu, barat justru menebar frase pemikiran paling menakutkan dalam sejarah peradaban manusia : CINTA. Ratusan juta pemuda pemudi muslim terjerat senandung cinta, yang akhirnya justru malah menolak konsep yang telah disediakan Islam. Perlahan tapi pasti, mereka menjadi pendukung gerakan feminisme ala Barat. Sedangkan jika ditanya soal definisi dan sejarah monogami, poligini, dan poligami, mereka bungkam. Mereka cuma menelan mentah-mentah jualan cinta orang Barat.

Bicara soal poligami, mari kita melakukan riset ke tempat pelacuran. Disana kita akan bertanya para pelacur; sukakah mereka dengan profesi mereka? Jangan kaget jika mendapatkan jawaban: "Saya lebih baik dinikahi jadi istri simpanan daripada harus bergelimang dosa." Ternyata, mereka lebih memilih jalan kehormatan : dipoligami. Tapi kita harus gigit jari, kebanyakan istri dari pelanggan kompleks pelacuran adalah pendukung berat monogami. "Mending suami gue jajan aja daripada gue dimadu."

Mungkin Anda termasuk istri anti poligami. Bersyukurlah Anda telah mendapatan suami yang mencintai Anda dan Andapun mencintainya. Tapi janganlah sombong! Mentang-mentang Anda sudah menggenggam apa yang ingin Anda dambakan, lalu anda menghalangi kemungkinan orang lain mendapatkan kebahagiaan pula. Anda tidak mencintai pasangan hidup Anda, tapi Anda hanya mencintai diri sendiri. Cinta Anda adalah cinta yang dibalut dalam ke-Aku-an (egoisme). Ingatlah di luar sana, ada banyak wanita yang tidak seberuntung Anda, hingga mereka harus merelakan dipoligami. Mereka adalah para pelacur, korban perkosaan, janda-janda miskin, dan gadis-gadis yang telat menikah. Diluar sana banyak pula wanita yang menginginkan mendapatkan kebaikan dari suami Anda, wanita-wanita shalehah yang kesulitan mencari suami shaleh. Bagaimana jika Anda berada diposisi mereka? Mempertahanan idealisme monogami? Sampai mati kemungkinan Anda tidak mendapatkan suami yang Anda dambakan.

Atau barangkali Anda seorang lelaki yang juga anti poligami. Bersyukurlah karena istri Anda masih bisa memenuhi semua kebutuhan cinta Anda. Saya cuma berdoa, semoga anda benar-benar mencintai pasangan hidup Anda : tidak berselingkuh, tidak berzina, dan tidak melacur. Jika Anda melakukannya, tanyakan pada hati nurani Anda : Apakah Anda setuju dengan saya soal Poligami?

I am a Second Wife

Sekitar tiga bulan lalu, the Islamic Forum yang diadakan setiap Sabtu di Islamic Center New York kedatangan peserta baru. Pertama kali memasuki ruangan itu saya sangka ia wanita Bosnia. Dengan pakaian Muslimah yang sangat rapih, blue eyes, dan kulit putih bersih. Pembawaannya pun sangat pemalu, dan seolah seseorang yang telah lama paham etika Islam.

Huda, demikianlah wanita belia itu memanggil dirinya. Menurutnya, baru saja pindah ke New York dari Michigan ikut suami yang berkebangsaan Yaman. Suaminya bekerja pada sebuah perusahaan mainan anak-anak (toys).

Tak ada menyangka bahwa wanita itu baru masuk Islam sekitar 7 bulan silam. Huda, yang bernama Amerika Bridget Clarkson itu, adalah mantan pekerja biasa sebagai kasir di salah satu tokoh di Michigan. Di toko inilah dia pertama kali mengenal nama Islam dan Muslim.

Biasanya ketika saya menerima murid baru untuk bergabung pada kelas untuk new reverts, saya tanyakan proses masuk Islamnya, menguji tingkatan pemahaman agamanya, dll. Ketika saya tanyakan ke Huda bagaimana proses masuk Islamnya, dia menjawab dengan istilah-istilah yang hampir tidak menunjukkan bahwa dia baru masuk Islam. Kata-kata "alhamdulillah"."Masya Allah" dst, meluncur lancar dari bibirnya.

Dengan berlinang air mata, tanda kebahagiaannya, Huda menceritakan proses dia mengenal Islam. "I was really trapped by jaahiliyah (kejahilan)", mengenang masa lalunya sebagai gadis Amerika. "I did not even finish my High School and got pregnant when I was only 17 years old", katanya dengan suara lirih. Menurutnya lagi, demi mengidupi anaknya sebagai `a single mother' dia harus bekerja. Pekerjaan yang bisa menerima dia hanyalah grocery kecil di pinggiran kota Michigan.

Suatu ketika, toko tempatnya bekerja kedatangan costumer yang spesial. Menurutnya, pria itu sopan dan menunjukkan `respek' kepadanya sebagai kasir. Padahal, biasanya, menurut pengalaman, sebagai wanita muda yang manis, setiap kali melayani pria, pasti digoda atau menerima kata-kata yang tidak pantas. Hingga suatu ketika, dia sendiri berinisiatif bertanya kepada costumernya ini, siapa namanya dan tinggal di mana.

Mendengar namanya yang asing, Abdu Tawwab, Huda semakin bingung. Sebab nama ini sendiri belum pernah didengar. Sejak itu pula setiap pria ini datang ke tokonya, pasti disempatkan bertanya lebih jauh kepadanya, seperti kerja di mana, apakah tinggal dengan keluarga, dll.

Perkenalannya dengan pria itu ternyata semakin dekat, dan pria itu juga semakin baik kepadanya dengan membawakan apa yang dia sebut `reading materials as a gift". Huda mengaku, pria itu memberi berbagai buku-buku kecil (booklets).

Dan hanya dalam masa sekitar tiga bulan ia mempelajari Islam, termasuk berdiskusi dengan pria tersebut. Huda merasa bahwa inilah agama yang akan menyelamatkannya.

"Pria tersebut bersama isterinya, yang ternyata telah mempunyai 4 orang anak, mengantar saya ke Islamic Center terdekat di Michigan. Imam Islamic Center itu menuntun saya menjadi seorang Muslimah, alhamdulillah!", kenang Huda dengan muka yang ceria.

Tapi untuk minggu-minggu selanjutnya, kata Huda, ia tidak berkomunikasi dengan pria tersebut. Huda mengaku justeru lebih dekat dengan isteri dan anak-anaknya. Kebetulan lagi, anaknya juga berusia tiga tahun, maka sering pulalah mereka bermain bersama. "Saya sendiri belajar shalat, dan ilmu-ilmu dasar mengenai Islam dari Sister Shaima, nama isteri pria yang mengenalkannya pada Islam itu.

Kejamnya Poligami

Suatu hari, dalam acara The Islamic Forum, minggu lalu, datang seorang tamu dari Bulgaria. Wanita dengan bahasa Inggris seadanya itu mempertanyakan keras tentang konsep poligami dalam Islam. Bahkan sebelum mendapatkan jawaban, perempuan ini sudah menjatuhkan vonis bahwa "Islam tidak menghargai sama sekali kaum wanita", katanya bersemangat.

Huda, yang biasanya duduk diam dan lebih banyak menunduk, tiba-tiba angkat tangan dan meminta untuk berbicara. Saya cukup terkejut. Selama ini, Huda tidak akan pernah menyelah pembicaraan apalagi terlibat dalam sebuah dialog yang serius. Saya biasa berfikir bahwa Huda ini sangat terpengaruh oleh etiket Timur Tengah, di mana kaum wanita selalu menunduk ketika berpapasan dengan lawan jenis, termasuk dengan gurunya sendiri.

"I am sorry Imam Shamsi", dia memulai. "I am bothered enough with this woman's accusation", katanya dengan suara agak meninggi. Saya segera menyelah: "What bothers you, sister?". Dia kemudian menjelaskan panjang lebar kisah hidupnya, sejak masa kanak-kanak, remaja, hingga kemudian hamil di luar nikah, bahkan hingga kini tidak tahu siapa ayah dari anak lelakinya yang kini berumur hampir 4 tahun itu.

Tapi yang sangat mengejutkan saya dan banyak peserta diksusi hari itu adalah ketika mengatakan: "I am a second wife." Bahkan dengan semangat dia menjelaskan, betapa dia jauh lebih bahagia dengan suaminya sekarang ini, walau suaminya itu masih berstatus suami wanita lain dengan 4 anak."I am happier since then", katanya mantap.

Dia seolah berda'wah kepada wanita Bulgaria tadi: "Don't you see what happens to the western women around? You are strongly opposing polygamy, which is halaal, while keeping silence to free sex that has destroyed our people" ,jelasnya. Saya kemudian menyelah dan menjelaskan kata "halal" kepada wanita Bulgaria itu.

"I know, people may say, I have a half of my husband. But that's not true", katanya. Lebih jauh dia menjelaskan bahwa poligami bukan hanya masalah suami dan isteri. Poligami dan kehidupan keluarga menurutnya, adalah masalah kemasyarakatan. Dan jika seorang isteri rela suaminya beristeri lagi demi kemaslahatan masyarakat, maka itu adalah bagian dari pengorbanannya bagi kepentingan masyarakat dan agama.

Kami yang dari tadi mendengarkan penjelasan Huda itu hanya ternganga. Hampir tidak yakin bahwa Huda adalah isteri kedua, dan juga hampir tidak yakin kalau Huda yang pendiam selama ini ternyata memiliki pemahaman agama yang dalam. Saya kemudian bertanya kepada Huda: "So who is your husband?" Dengan tertawa kecil dia menjawab "the person who introduced me to Islam". Dan lebih mengejutkan lagi: "his wife basically suggested us to marry", menutup pembicaraan hari itu.

Diskusi Islamic Forum hari itu kita akhiri dengan penuh bisik-bisik. Ada yang setuju, tapi ada pula yang cukup sinis. Yang pasti, satu lagi rahasia terbuka. Saya sendiri hingga hari ini belum pernah ketemu dengan suami Huda karena menurutnya, "he is a shy person. He came to the Center but did not want to talk to you", kata Huda ketika saya menyatakan keinginan untuk ketemu suaminya.

"Huda, may Allah bless you and your family. Be strong, many challenges lay ahead in front of you", nasehatku. Doa kami menyertaimu Huda, semoga dikuatkan dan dimudahkan!

New York, 10 Mei 2006

*) Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. 


biopoligami

Yang membedakan freesex dan poligami adalah :

Freesex adalah perbuatan sexbebas tanpa ikatan (pernikahan) sebagaimana yang diatur oleh agama, dimana penganut freesex adalah kebebasan melakukan sek KESIAPA SAJA.

Misal :
secara kombinasi :
Laki-laki : ada 4, katakanlah 1, 2, 3, 4
dan perrempuannya : ada 4, katakanlah a, b, c, d
maka akan timbul kombinasi free sex antara : 1a, 1b, 1c, 1d, 2a, 2b, 2c, 2d, 3a, 3b, 3c, 3d, 4a, 4b, 4c, 4d (= 16 pasangan)
Kalau si a hamil, maka tidak jelas siapa bapaknya.. yang nomor 1-kah, 2-kah, 3-kah, atau yang 4.
Kalau si b hamil, maka tidak jelas siapa bapaknya.. yang nomor 1-kah, 2-kah, 3-kah, atau yang 4.


Poligami
Laki-laki : ada 4, katakanlah 1, 2, 3, 4
dan perrempuannya : ada 4, katakanlah a, b, c, d

kalau poligami (ada yang 2 istri)
Maka kombinasinya, mis : 1a, 1b dan 2c, 2d (dan laki-laki 3 & 4 membujang)
Kalau si a & b hamil, jelas siapa berbuat pasti dari 1, kalau si c & d hamil jelas siapa yang berbuat pasti dari 2

Kalau poligami (ada yang 3 istri)
Maka kombinasinya mis : 1a, 1b, 1c, 2d (dan laki laki 3 & 4 membujang)
Maka kalau a, b, c, hamil maka jelas pasti yang berbuat dari 1, kalau d hamil pasti oleh 2.

Kalau poligami (ada yang 4 istri)
Maka kombinasinya mis : 1a, 1b, 1c, 1d (dan laki-laki 2, 3, 4 membujang)
Maka kalau a, b, c, d hamil jelas pasti perbuatan oleh 1.

Belum secara hukum waris.... bisa panjang nih penjelasannya...

NB.
- Dan ternyata Allah secara kuantitas telah melebihkan perempuan daripada lelaki.
- Kitapun nggak bisa menggugat ketentuan Allah ini, hikmahnya ternyata penyimpang sex (freesex, gay, lesbi) telah membuat virus baru yang salah satunya bernama HIV.

Mengapa Allah mengizinkan poligami / bigami dalam Alkitab?




Pertanyaan: Mengapa Allah mengizinkan poligami / bigami dalam Alkitab?

Jawaban: Pertanyaan poligami adalah pertanyaan yang menarik di mana kebanyakan orang memandang poligami sebagai tidak bermoral sementara Alkitab tidak secara jelas mengutuk hal itu. Contoh pertama dari poligami / bigami dalam Alkitab adalah Lamekh dalam Kejadian 4:19: "Lamekh mengambil istri dua orang." Beberapa orang terkenal dalam Perjanjian Lama adalah poligami. Abraham, Yakub, Daud, Salomo, dan yang lainnya semua mempunyai banyak istri. Dalam 2 Samuel 12:8, Allah, berbicara melalui nabi Natan, berfirman bahwa seandainya istri-istri dan gundik-gundik Daud belum cukup, Dia akan menambah lagi kepada Daud. Salomo mempunyai 700 istri dan 300 gundik (pada dasarnya istri dengan status yang lebih rendah), menurut 1 Raja-raja 11:3. Bagaimana kita menjelaskan contoh-contoh poligami dalam Perjanjian Lama ini? Ada tiga pertanyaan yang perlu dijawab: 1) Mengapa Allah mengizinkan poligami dalam Perjanjian Lama? 2) Bagaimana Allah memandang poligami sekarang ini? 3) Mengapa berubah?

1) Mengapa Allah mengizinkan poligami dalam Perjanjian Lama? Alkitab tidak secara spesifik mengatakan mengapa Allah mengizinkan poligami. Ketika kita berspekulasi tentang kebungkaman Allah, ada beberapa faktor kunci untuk dipertimbangkan, Pertama, selalu lebih banyak perempuan daripada laki-laki di dalam dunia. Statistik sekarang menunjukkan bahwa kira-kira 50,5 persen dari populasi dunia adalah perempuan, dengan laki-laki 49,5 persen. Dengan menganggap persentase yang sama pada zaman dahulu, dan dilipatgandakan dengan jutaan manusia, maka akan ada puluhan ribu perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Kedua, peperangan pada zaman dahulu kala sangat kejam, dengan kematian yang luar biasa tinggi. Hal ini bahkan akan mengakibatkan perbedaan persentase yang lebih besar antara perempuan dan laki-laki. Ketiga, karena dalam masyarakat patriarki hampir tidak mungkin bagi perempuan yang tidak menikah untuk mencukupi kebutuhan dirinya sendiri. Para perempuan sering kali tidak berpendidikan dan tidak terlatih. Para perempuan bergantung kepada ayah, saudara laki-laki, dan suami mereka untuk penyediaan kebutuhan hidup dan perlindungan. Perempuan yang tidak menikah sering kali diperlakukan sebagai pelacur dan budak. Perbedaan yang berarti antara jumlah perempuan dan laki-laki akan meninggalkan banyak perempuan dalam situasi yang tidak diinginkan.

Jadi, tampaknya Allah mengizinkan poligami untuk melindungi dan mencukupi para perempuan yang, jika tidak, tidak dapat menemukan suami. Seorang laki-laki akan mengambil beberapa istri dan berfungsi sebagai pemberi nafkah dan pelindung bagi mereka. Walaupun tentu tidaklah ideal, hidup dalam rumah tangga poligami, adalah jauh lebih baik daripada pilihan lainnya: pelacuran, perbudakan, atau kelaparan. Sebagai tambahan kepada faktor perlindungan/pemberian nafkah, poligami memungkinkan berkembangnya umat manusia dengan lebih cepat, untuk menggenapi perintah Allah untuk "beranakcuculah dan bertambah banyak; sehingga tak terbilang jumlahmu di bumi" (Kejadian 9:7). Laki-laki mampu menghamili beberapa perempuan dalam kurun waktu yang sama, menyebabkan umat manusia bertambah lebih cepat daripada jika masing-masing laki-laki hanya menghasilkan seorang anak setiap tahun.

2) Bagaimana Allah memandang poligami sekarang ini? Bahkan saat poligami diizinkan, Alkitab mengajukan monogami sebagai rencana yang paling sesuai dengan pernikahan yang ideal bagi Allah. Alkitab mengatakan bahwa maksud Allah yang semula adalah untuk satu orang laki-laki menikah dengan satu orang perempuan saja: "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya (bukan isteri-isteri), sehingga keduanya menjadi satu daging (bukan daging-daging)" (Kejadian 2:24). Walaupun Kejadian 2:24 lebih menggambarkan apa itu pernikahan, daripada berapa orang yang terlibat, penggunaan kata tunggal yang konsisten seharusnya diperhatikan. Dalam Ulangan 17:14-20, Allah berkata bahwa raja-raja tidak seharusnya memperbanyak istri (atau kuda atau emas). Walaupun ini tidak bisa ditafsirkan sebagai perintah bahwa raja-raja harus monogami, bisa dimengerti sebagai pernyataan bahwa memiliki banyak istri menyebabkan masalah. Hal ini bisa dilihat dengan jelas dalam kehidupan Salomo (1 Raja-raja 11:3-4).

Dalam Perjanjian Baru, 1 Timotius 3:2, 12 dan Titus 1:6 memberikan "suami dari satu istri" dalam satu daftar kualifikasi untuk kepemimpinan rohani. Ada beberapa perdebatan sehubungan dengan apa maksud kualifikasi ini secara spesifik. Susunan kata itu bisa diterjemahkan secara harafiah "laki-laki satu perempuan." Apakah frasa ini secara khusus merujuk kepada poligami atau tidak, tidak masuk akal seorang penganut poligami bisa dianggap sebagai "laki-laki satu perempuan." Walaupun kualifikasi-kualifikasi ini adalah secara spesifik untuk posisi kepemimpinan rohani, kualifikasi-kualifikasi ini seharusnya sama diterapkan untuk semua orang Kristen. Bukankah seharusnya semua orang Kristen menjadi "yang tak bercacat…dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang" (1 Timotius 3:2-4)? Jika kita dipanggil untuk menjadi kudus (1 Petrus 1:16), dan jika standar-standar ini adalah kudus untuk para penatua dan diaken, maka standar-standar ini kudus untuk semua.

Efesus 5:22-33 berbicara tentang hubungan antara suami dan isteri. Ketika menunjuk kepada seorang suami (bentuk tunggal), selalu juga menunjuk kepada seorang isteri [bentuk tunggal]. "Karena suami adalah kepala isteri [bentuk tunggal] … Siapa yang mengasihi isterinya [bentuk tunggal], mengasihi dirinya sendiri. Sebab itu laki-laki [bentuk tunggal] akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya [bentuk tunggal], sehingga keduanya itu menjadi satu daging….bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu [bentuk tunggal] seperti dirimu sendiri dan isteri [bentuk tunggal] hendaklah menghormati suaminya [bentuk tunggal]." Sementara satu bagian yang hampir paralel, Kolose 3:18-19, menunjuk kepada suami-suami dan isteri-isteri dalam bentuk jamak, jelaslah bahwa Paulus menujukan kepada semua suami dan istri di antara orang-orang percaya di Kolose, bukan menentukan bahwa seorang suami boleh mempunyai banyak isteri. Secara kontras, Efesus 5:22-33 menggambarkan secara spesifik hubungan perkawinan. Jika poligami bisa diizinkan, keseluruhan ilustrasi hubungan Kristus dengan tubuh-Nya (jemaat) dan hubungan suami-isteri menjadi berantakan.

3) Mengapa berubah? Bukannya Allah tidak mengizinkan sesuatu yang sebelumnya Dia izinkan namun ini merupakan pemulihan pernikahan sesuai dengan rencana-Nya yang mula-mula. Bahkan kembali kepada Adam dan Hawapun, poligami bukanlah rencana Allah mula-mula. Tampaknya Allah mengizinkan poligami untuk mengatasi masalah, tetapi itu bukan yang ideal. Dalam kebanyakan masyarakat modern, poligami sama sekali tidak perlu. Dalam kebanyakan budaya hari ini, perempuan mampu mencari nafkah dan melindungi diri mereka sendiri—menghapuskan satu-satunya aspek "positif" poligami. Selanjutnya, kebanyakan bangsa modern menyatakan poligami tidak sah. Menurut Roma 13:1-7, kita harus menaati hukum-hukum yang pemerintah tetapkan. Satu-satunya contoh dalam mana tidak menaati hukum diizinkan oleh Alkitab adalah jika hukum itu bertentangan dengan perintah Allah (Kisah 5:29). Karena Allah hanya mengizinkan poligami, dan tidak memerintahkannya, hukum yang melarang poligami harus ditegakkan.

Apakah ada contoh-contoh di mana izin untuk poligami masih dapat diterapkan sekarang ini? Mungkin, tetapi tidak terbayang bahwa sama sekali tidak ada solusi yang lain. Karena aspek "satu daging" dari pernikahan, perlunya kesatuan dan kecocokan dalam pernikahan, dan tidak adanya kebutuhan yang sejati untuk poligami, maka dengan teguh kita percaya bahwa poligami tidak menghormati Allah dan bukanlah rancangan-Nya untuk pernikahan.