26 Des 2010

Mengkritisi Sebagian Hadits riwayat Abu Hurairah (bagian ke-2)

oleh 'ibaadur Rahman pada 20 Oktober 2010 jam 17:16

Musa Menampar Malaikat ?

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam sahihnya dari Abu Hurairah : “ Rasul bersabda : “ Malaikat Maut datang kepada Musa dan berkata : ‘penuhilah kehendak Tuhanmu!’ Maka Nabi Musa pun menampar mata Malaikat Maut, sehingga biji Malaikat Maut keluar dari rongganya.

Maka Malaikat Maut kembali kepada Allah dan berkata : ‘sesungguhnya Engkau mengutusku kepada hamba Mu yang tiada menghendaki kematian, dan ia mencopot mataku’.

Maka Allah mengembalikan biji mata Malaikat Maut ke tempatnya semula, dan berfirman : ‘ Kembalilah, dan katakan padanya agar ia meletakkan tangannya di atas punggung seekor sapi, maka umurnya akan bertambah satu tahun untuk setiap bulu yang melekat di tangannya’.

Nabi Musa lalu bertanya kepada Allah : ‘sesudah itu bagaimana ?’ Allah menjawab : ‘sesudah itu, mati.’ Maka Musa berkata: ‘jika demikian, maka lebih baik aku mati sekarang saja’. Ia lalu memohon kepada Allah, agar ia didekatkan ke Tanah Suci, sejauh lemparan batu(1)


Analisis dan Kritik Hadits

1. Hadits ini diriwayatkan al-Bukhari dalam sahihnya bab “ Wafatnya Musa”, dalam kitab “ Penciptaan”, jilid II, halaman 163, dan Muslim dalam sahihnya dalam bab “Keutamaan Musa “ dari kitab “Fadlail”, jilid II halaman 309.

2. Hadits ini masuk dalam pembahasan aqidah, karena masalah ajal dan kematian adalah termasuk urusan Qadla’ dan Qadar Allah.

3. Dalam urusan aqidah, para ulama (jumhur) telah sepakat hanya menggunakan dan menerima dasar/sumber dalil-dalil mutawatirdan tidak menerima khabar ahad. Hadits di atas dari segi periwayatan tidak mencapai sifat mutawatir, karena hanya diriwayatkan seseorang atau beberapa orang dari kalangan Sahabat yang tidak mencapai taraf mutawatir. Hadits itu dalam semua rangkaian sanadnya kebanyakan bersumber dari Abu Hurairah seorang diri.

4. Dari sisi matan (teks), hadits di atas bertentangan dengan dalil-dalil yang mutawatir, misalnya al-Quran. Di dalam al-Quran banyak ayat-ayat yang menegaskan bahwa urusan ajal dan kematian merupakan sesuatu yang telah “ditetapkan waktunya” dan tidak berubah. dan bahwa tidak ada satupun jiwa yang mati, kecuali karena izin Allah dan telah sampai waktu (ajalnya) yang tidak dapat diundur atau dimajukan sedikitpun. marilah kita simak beberapa ayat yang terkait dengan masalah ini :

“ Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati , kecuali dengan izin Allah sebagai suatu ketetapan yang telah ditentukan waktunya.....” (lihat Q.S. Alu Imran : 145)

“..........Katakanlah : “meskipun kamu ada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh akan keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh....” (lihat Q.S. Alu Imran :154)

“ Di manapun kamu berada, niscaya kematian akan mendapatkan kamu kendatipun kamu berada di dalam banteng yang tinggi dan kokoh....” (lihat Q.S. an-Nisaa’: 78)

“ Katakanlah : ‘sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, ia pasti menemui kamu......” (lihat Q.S. al-Jumu’ah : 8)

“ Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri semuanya telah tertulis dalam (suatu) Kitab sebelum Kami menwujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah.” (lihat Q.S. al-Hadiid : 22)

5. Tentang Malaikat Maut dan bagaimana mereka melaksanakan tugasnya, tidak berbeda dengan malaikat-malaikat yang lain dalam hal ketaatan, kepatuhannya dan kesungguhan mereka mengerjakan tugasnya dengan sangat sempurna. Al-Quran dengan terang menjelaskan.

“ .....yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka .” (lihat Q.S. at-Tahriim:6)

“ Dan Dialah penguasa mutlak atas seluruh hamba Nya, dan diutusnya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya.” (lihat Q.S.al-An’aam: 61)

6. Zahir hadits menunjukkn bhw Malaikat Maut yg datang kepada Musa berbentuk manusia,sehingga Musa bs memukulnya.Artinya bukan wujud asli. Yg menjadi pertanyaan, ketika Malaikat itu mengadu pd Allah, lalu Allah mengembalikan biji matanya,apakah masuk akal Malaikat itu tetap berwujud manusia ketika menghadap Allah sehingga Allah mengembalikan biji matanya ke tempatnya.?Bila Malaikat itu memiliki wujud asli yg tidak kasat mata, yg tidak berwujud materi& tidak dapat diraba,tentunya dia tidak perlu mengeluhkan biji matanya yg keluar, karena itu hanya jelmaan saja?

7. Hadits itu juga mengisyaratkan seakan-akan Musa sebagai Nabi dan Rasul Allah yang mulia tidak ridla dengan ketentuan Allah dan "tidak menghormati" utusan Allah yang datang kepadanya yaitu Malaikat Maut, terbukti dia menampar Malaikat Maut itu ? Tentunya sifat-sifat seperti ini tidak akan dimiliki oleh seorang Rasul yang termasuk Rasul Ulul Azmi seperti Musa.

Jelaslah bahwa walaupun hadits itu diriwayatkan dalam kitab sahih namun demikian kesahihannya hanya terletak pada rangkaian sanadnya. meskipun rangkaian sanadnya sahih namun tetap saja hadits ini tdk mencpai derajat sahih karena matannya bertentangan dengan al-Quran. Oleh karena itu hadits seperti ini tidak dapat dijadikan hujjah dalam urusan agama. Allahu A’lamu

by: al-Harits

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Memberi Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.