22 Des 2010

HIJRAH HATI (PEMIKIRAN) SEBELUM HIJRAH FISIK


Khotbah Jum’at Dlm Rangka Hari Asyura (10 muharram)
Oleh : Al-Harits
Bulan Muharram oleh sebagian besar kaum Muslimin dipandang sebagai momentum besar sejarah yaitu hijrahnya Rasul bersama orang-orang yang beriman dari Darul Kufr yaitu Mekkah yang saat itu dikuasai oleh system ideology kufr menuju darul Islam yaitu Madinah. Maasyiral Muslim, ketahuilah, jauh sebelum Rasul dan orang beriman hijrah secara fisik dari Mekah k Yatsrib, sebenarnya beliau dan orang-orang yang bersamanya telah melakukan “hijrah hati dan pemikiran”. Apakah arti hijrah hati dan pemikiran?  Artinya beliau dan orang beriman ketika detik pertama mnyatakan iman kepada Allah dan apa yng dturunkan Allah kepadanya, saat itu juga hati, jiwa dan pemikiran (fikrah) beliau dan orang beriman mengkufuri dan menjauhi segala bentuk kekufuran yang ada di Mekah ketika itu. Memang demikianlah konsekuensi keimanan. Ketika seseorang telah myatakan iman (berakidah Islam) mk sudah menjadi kwajiban atasnya agar menghijrahkan hati, jiwa, dan fikrahnya dari segala paham, aqidah, bid’ah, dan hokum-hukum thaghut yang masih ada di tengah kehidupannya. Adapun orang yang mulutnya mngaku beriman tetapi hati dan pemikirannya belum “hijrah” dari pemikiran dan akidah yang rusak maka, imannya tak ada nilainya.
Hal ini akan jelas kalau kita melihat dari sejarah bangsa Yahudi yang telah diselamatkan oleh Allah dari perbudakan Firaun dan yang telah membimbing mereka dengan mengutus 2 orang Rasul (Musa dan Harun) serta petunjuk Wahyu (Taurat).  Ketika di hadapan Nabi Musa mereka mnyatakan beriman, namun ketika Musa pergi ke Bukit Thursina, mereka kembali ingkar dengan mnyembah patung anak sapi. Hal ini menunjukkan hati dan pemikiran  mereka masih belum “hijrah” dari segala akidah yang batil. Yang mana hati mereka sebelummya telah terkontaminasi oleh pemikiran, akidah, dan budaya masyarakat Mesir dan sekitarnya yang menyembah patung. Artinya mulut mereka beriman tapi hati mereka masih belum bisa mengikis sisa tradisi dan kepercayaan (akidah-akidah rusak) . Alquran menyindir iman mereka yang rusak ini :
“…..dan diresapkanlah ke dalam hati mereka it (kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekafiran mereka. Katakanlah : “ Amat buruklah apa yang diperintahkan keimananmu kepadamu jika kamu orang beriman !“ (kutipan  s.al-baqarah: 93)
Artinya mereka belum termasuk orang yang benar imannya karena hati dan fikrah mereka belum hijrah dari aqidah dan ideology rusak menuju aqidah yang benar.

Ini sebenarnya inti dari makna hijrah itu. Yaitu dimulai dari hati dan pemikiran. SebabApalah arti hijrah secara fisik bila hati dan otak masih memproduksi pemikiran syirk, bid’ah, isme-isme, mafahim, dan hokum-hukum thaghut.

Kita tau melalui sejarah, bahkan sejak sebelum Nabi diangkat menjadi Rasul, hati dan pemikiran beliau, telah menolak dan mengingkari kebiasaan dan tradisi2 kaumnya yang rusak itu, mis penyembahan berhala, khurafat dan takhayyul, perdukunan, ramalan2 dan kepercayaan2 tk berdasar kaum jahiliah waktu itu, bahkan bukan hanya urusan akidah saja yang beliau ingkari, beliau juga mengingkari dg keras hukum dan tradisi rusak masyaraka Arab ketika itu, misalnya, adat pengkultusan nenek moyang, membanggakan nasab dan qabilah, ashobiyyah (fanatic buta), dan nasionalisme sempit. Beliau juga mencela/mengingkari kebiasaan riba, mngurangi takaran, dan semua system hokum masyarakat Arab yang bertentangan dengan hokum Allah.

Setelah beliau di angkat menjadi Nabi, dan dberi wahyu oleh Allah, maka hati dan jiwa beliau semakin tersinari – tercerahkan oleh wahyu Allah. Maka dsinilah letak dimulainya suatu tindakan nyata untuk mengubah kehidupan yang rusak / gelap ini menuju kehidupan yang benar dan terang. Usaha inilah yang dikenal dengan dakwah. Tentunya untuk mengubah keadaan masyarakat, mk harus dimul;ai dari “hati” atau “pemikirannya”. Dakwah merupakn bukti nyata seseorang yang hati dan pemikirannya telah “hijrah” meninggalkan kebatilan menuju kebenran. Karena seseorang tak akan mungkin bias “menghijrahka” masyarakatnya kepadakehidupan Islami bila dia sendiri belum mampu menghijrahkan hati dan jiwanya menuju Islam.
Seorang Muslim, tidak akan memiliki sifat entrovert atau tertutup. Dia tidak hanya memntingkan dirinya sendiri. Setelah dia memahami Wahyu Allah dan memahami fakta kehidupan dan mampu memilah- memilih jalan yang benar dari yang salah, diapun tidak akan berdiam diri, merasa bangga dan lantas membusungkan dada ketika melht orang lain “rusak”, lalu berkata : “manusia telah celaka dan jatuh pada kebatilan”, sementara dirinya pasif, diam saja dan tdak mau mengambil tindakan nyata untuk mengubah keadaan. Justru sifat seperti ini bukan sifat orang beriman bahkan dalam hadis dijelaskan :
“idza qala rajulun: halakannasu fahuwa ahlakuhum”
“jika seseorang berkata : manusia telah binasa (hancur), maka dialah yang paling hancur” (alhadits)
Hal ini karena orang itu telah memahami dan mendapatkan kebenaran yaitu islam, lalu dia berdiam diri dan tdak mau mengajak mansuia untk mngenal Islam atau tdak mau berdakwah mngajak pada kebenaran. Maka hakikatnya tindakan diam/tidak mau berdakwah seperti ini berarti sengaja telah menyembunyikan kebenaran itu sendiri, atau menyembunyikan ilmu dan ajaran Islam itu sndiri. Oleh karena itu wajar bila orang seperti ini mjd orang yang paling celaka, yang paling berdosa, dan yang berat siksanaya, naudzubillah.
Sekali lagi keimanann dan keislaman seseorang itu meminta banyak konsekuensi. Diantaranya adalah berhijrah, rdakwah, dan jihad. Justru keberadaan diri seorang Muslim yang telah diberi Kitab Paripurna dalam kehidupan ini,agar dirinya menjadi suluh / pelita di tengah gelapnya kehidupan ini, penjadi pembimbing manusia dan pendidik (Rabbaniyyin) yang mengajrkan dan menunujukkan kebenarn kepada  masyarakatnya. Inilah yang dijelaskan oleh alQuran :
“ kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan (untuk memimpin) manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah….” (kutipan teks surat Alu Imran : 110)
Jadi ketika hati dan pemikiran seseorang telah tercerahkan oleh wahyu Allah atau Islam, maka dia akan melihat mana yang benar dan mana yang batil. Lalu dia menghijrahkan hati dan pemikirannya dari segala yang batil itu, dan tdk akan mengotorinya dengannya.
“ Sungguh telah beruntung orang yang membersihkan dirinya (dari kekufuran) (yang mnghijrahkan hati dan jiwanya dari semua kekufuran) ,
“dan  sungguh merugi orang yang mengotorinya (yaitu hatinya tidak mau hijrah pda Islam)
(teks surat as-Syams)
Dan seorang Mukmin tdak hanya berhenti di situ, dia juga mesti berjuang untuk menghijrahkan masyarakat dan negaranya dari kebatilan menuju kebenaran dengan dakwah dan jihad.
Inilah karekteristik dasar keimanan dalam akidah Islam :
Al Quran menyatakan :
“Dan janganlah kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan “
Islam menghendaki hati dan iman yang murni yang tk terkotori noda-noda kemusyrikan dan kkafiran. Maka orang yang hati dan pemikirannya masih belum “hijrah” dari segala yg bertentangan dengan hokum Allah, maka ini menunjukkan dia masih “mencampuradukkan” kebenaran dan kebatilan dalam hati atau pemikirannya.
Maka tanyakanlah kepada orang yang telah mengaku muslim yang merasa seakan keislamannya baik apakah mereka benar benar tlh mnghjrahkan hati dari segala yang bertntangan dg Islam :
Dan mari kita tanyakan pada diri dan hati kita masing-masing dan mintalah hati itu untuk jujur mnjawabnya, agar kita dapat menilai sendiri apakah kita sudah hati dan jiwa kita sudah hijrah pada Allah dan RasulNya sejak kita mengikrarakan iman ataukah masih belum:
-          Apakah kamu condong kepada hukum Allah, tapi juga masih condong pd hokum manusia?.
-          Apakah kamu mengamalkan sunnah di suatu waktu tp di waktu lain jg masih tenang mengamalkan bid’ah ?
-          Apakah kamu  mampu Melakukan Shalat seperti sifat shalat Nabi, tapi kamu masih tidak mau mnunaikan zakat? Padahl Allah tk akan menerima shalatmu bila kamu tidak berzakat.
-          Apakah kamu membaca alQuran di malam hari, tapi masih sering juga kamu injak isinya di siang hari.
-          Apakah kamu yang yakin bahwa Allah mengabulkan doa secara langsung, tapi mengapa ketika istighosah kamu berdoa masih meminta perantara syekh anu dan wali anu…?
-          Mengapa ketika dzikir bersama kamu bisa nangis2 tapi setelah pulang kamu lupa dan tertawa berbuat dosa ?
-          Mengapa kamu masih suka mencampurkan yang benar dengan yg salah?
-          Apakah yang akan terjadi jika kita mencampurkan susu murni yang lezat dengan cairan racun mematikan,lalu kita meminumnya. Apakah tubuh kita akan sehat ataukah sebaliknya. Itulah perumpamaan hati manusia. Bila hati tlh terkontaminasi racun2 yaitu segala akidah dan pemikiran yang rusak maka racun itu akan membuat hati itu mati.
-          Dan seterusnya …..

Jadi tidak ada iman bagi orang yang hatinya belum hijrah yang masih senang dan tenang tenang saja dengan akidah, ideology, dan system kufur yang masih berkuasa di tengah kehidupannya.

Maka sekali lagi, kita perlu camkan bahwa “Keimanan itu mewajibkan Hijrah”… baik hijrah secara fisik dan yang terutama hijrah hati dan jiwa…. Dari segala yang dibenci Allah dan RasulNya. Maka orang yang seperti inilah yang iman mereka diakui oleh Allah dan yang mendapat balasan yang besar di sisiNya.Inilah yang tersirat dari makna ayat alquran :
“ dan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang bijrah, dan berperang di Jalan Allah Mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. (albaqarah)

“ Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di Jalan Allah, dan orang-orang yang member tempat kediaman dan member pertolongan (kepada orang yang hijrah), mereka itulah orang-orang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizki yang mulia.” (ananfal : 74)

Hutbah ke-2

Maasyiral Muslimin….
Hijrah adalah kewajiban atas setiap orang yangmengaku beriman…., Dia wajib menghijrahkan hati dan jiwanya dan fisiknya. Para Nabi dan oarng-orang beriman yang bersamanya, ashabul kahfi dan para da’I dan pejuang Islam dari dulu hingga sekarang telah melakukan hijrah ini untuk suatu misi dan tujuan besar dan mulia, yaitu mengubah kehidupan yang rusak yang dikuasai oleh system hokum dan ideology kufur, menjadi kehidupan yang berideologi dan berhukum dengan hokum Allah semata yang telah menciptkan kehidupan ini.

Inilah yang harus dipersiapkan dan harus kita perjuangkan secara berjama’ah melalui suatu kelompok dakwah “kutlah” atau partai “hizb” yang berasaskan aqidah Islam dan dijalankan sesuai metode (thariqah) Rasulullah.

Allah telah berjanji dan janjinya pasti terjadi, bahwa Dia akan menolong orang yang menolong agamanya, menolong orang yang hijrah demi memperjuangkan agamaNya, dan Allah akan memberi balasan di dunia berupa keluasan rizki, kedudukan dan kekuasaan, dan kemenangan atas seluruh agama dan bangsa di dunia, dan balasan surga kelak.
Al-Quran telah menetapkan :

“ Dan sungguh telah kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam adz-Dzikr bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba Ku yang saleh” (al-Anbiya : 105).
“ Dan barang siapa yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan endapatkan di bumi ini tempat yang luas dareski yang banyak….” (kutipan s. an-Nisaa: 100)
“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (kutipan s.anNuur: 55)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Memberi Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.