1 Mar 2014

SBY : Berawal Dengan Bencana, dan Berakhir Dengan Bencana


SBY : Berawal Dengan Bencana, dan Berakhir Dengan Bencana

JAKARTA  (voa-islam.com) - Sungguh malang bangsa Indonesia dipimpin oleh Presiden SBY. Di mana Presiden SBY mengawali jabatannya disambut dengan bencana yang dahsyat, tsunami.  Presiden SBY dilantik Oktober, 2004, dan Desember 2004, terjadi tsunami di Aceh. 

Tsunami yang sangat dahsyat itu, memporak-porandakan Aceh dan kota Banda Aceh. Seakan-akan sebagai tanda, bahwa alam menolak kehadiran Presiden SBY memimpin Indonesia.
Sejak SBY berkuasa bencana dan musibah tidak pernah jeda. Terus menerus terjadi. Sejak tahun 2004, sampai menjelang akhir kekuasaannya tahun 2014, Indonesia terus dilanda bencana, dan berbagai musibah.
Tsunami, banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung berapi. Termasuk kecelakaan. Semunya menjadi bagian kehidupan  bangsa Indonesia, sejak SBY berkuasa, sampai menjelang akhir jabatannya. 
Berapa kali banjir bandang, gunung meletus, gempa bumi, dan berbagai kecelakaan, seperti pesawat jatuh, kapal tenggelam, dan berbagai bentuk musibah lainnya?
Gempa bumi sudah berulangkali. Gunung meletus sudah berulangkali. Paling besar gunung Merapi di Yogyakarta meletus, dan  menghancurkan wilayah sekitarnya. Sebelumnya, Yogyakarta  dilanda gempa bumi, dan menghancurkan banyak bangunan di Yogya, Bantul, Sleman, dan  tempat-tempat lainnya.

Membandingkan Antara Kiai Hasyim Asy'ari, Gus Dur, dan Said Agil Siradj

Membandingkan Antara Kiai  Hasyim Asy'ari, Gus Dur, dan Said Agil Siradj

JAKARTA (voa-islam.com) - Betapa kalau menengok sejarah ke belakang begitu besarnya peranan Kiai Hasyim Asy’ari, membebaskan Indonesia dari penjajah. Pendiri  Nahdlatul Ulama (NU) itu berhasil menggerakan seluruh kekuatan NU melawan penjajah Sekutu di Surabaya.

Penjajah Barat itu, mereka adalah orang-orang kafir, yaitu Yahudi dan Nasrani. Mereka menjajah Indonesia. Berusaha terus menjajah  dengan kekuatan mereka, ingin menjadikan Indonesia sebagai daerah jajahan.
Dengan kondisi seperti itu, maka pada tanggal 21-22 Oktober 1945, KH Hasyim Asyari mengumpulkan wakil-wakil dari cabang NU di seluruh Jawa dan Madura di Surabaya. Dalam pertemuan itu, diputuskan bahwa melawan penjajah sebagai jihad, atau kemudian dikenal dengan resolusi jihad.

Setelah resolusi jihad dicetuskan, ribuan kiai dan santri bergerak ke Surabaya. Pada 10 November 1945 atau tepatnya dua minggu setelah resolusi jihad dikumandangkan. Meletuslah peperangan sengit antara pasukan Inggris melawan pasukan Hisbullah yang cuma bersenjatakan bambu runcing. Konon, ini adalah perang terbesar sepanjang sejarah Nusantara.

Perang yang berlangsung kurang lebih selama tiga minggu ini akhirnya dimenangkan oleh pasukann Hisbullah dan Arek-arek Suroboyo. Pasukan Inggris yang tangguh itu pun lumpuh, dan bertekuk lutut.
Dalam episode film “Sang Kiai” para santri Tebu Ireng, mereka dengan penuh gelora semangat jihad, melawan pasukan Sekutu, bahkan berhasil menembak mati, dua panglima Sekutu, diantaranya Jendral Mallaby.

Resolusi Jihad NU itu pernah dimuat di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, edisi No. 26 tahun ke-I, Jumat Legi, 26 Oktober 1945. Ini bagian penting resolusi jihad :